Mohon tunggu...
Maulana Haekal Noval Akbar
Maulana Haekal Noval Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hobi utama saya adalah pemrograman dan coding. Saya menikmati tantangan dalam menyelesaikan proyek-proyek coding, belajar teknologi baru, serta berpartisipasi dalam proyek open source. Selain itu, saya tertarik untuk mengeksplorasi berbagai aspek dalam pengembangan perangkat lunak, termasuk pengembangan aplikasi pribadi, pembelajaran teknologi terbaru, dan pemecahan masalah algoritmik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KKM 35 UIN Malang Menggali Ilmu di Sentra Produksi Dupa Tradisional di Rumah Pak Eli dan Pengrajin Tusuk Sate di Desa Dalisodo

28 Desember 2024   18:12 Diperbarui: 29 Desember 2024   20:28 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi kunjungan ke rumah produksi dupa pak Eli di Desa Dalisodo

Sebagai bagian dari program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM), Kelompok KKM 35 mengadakan kunjungan edukatif ke Desa Dalisodo, tempat yang menjadi pusat produksi beberapa kerajinan tradisional. Dalam kunjungan ini, kelompok berkesempatan belajar tentang pembuatan dupa di rumah Pak Eli dan proses produksi tusuk sate dari salah satu pengrajin lokal. Kegiatan ini memberikan wawasan berharga tentang dua sektor usaha yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat desa.


Di rumah Pak Eli, kelompok ini mempelajari tahapan produksi dupa, mulai dari bahan baku hingga pemasaran. Pak Eli menjelaskan bahwa bahan utama dupa adalah serbuk kayu seperti jati, sengon, dan mahoni, yang dicampur hingga menjadi adonan homogen. Warna dupa ternyata berasal dari bahan dasar yang digunakan. Dupa hitam dihasilkan dari arang serbuk kayu dan batok kelapa, sedangkan dupa putih berasal dari kayu sengon. Dupa merah menggunakan kayu mahoni yang diberi pewarna khusus. Setelah adonan ditempelkan pada stik yang diimpor dari Cina, dupa dijemur selama dua hari. Jika cuaca hujan, proses ini membutuhkan waktu lebih lama. Pewangi untuk dupa ini ditambahkan di Bali sebelum dipasarkan. Meskipun produksinya sederhana, metode pemasaran yang berbasis tawaran langsung masih cukup efektif bagi Pak Eli dalam menjual produknya.

Dokumentasi kunjungan ke rumah pengrajin tusuk sate di Desa Dalisodo
Dokumentasi kunjungan ke rumah pengrajin tusuk sate di Desa Dalisodo

Selain belajar tentang dupa, Kelompok KKM 35 juga mengunjungi pengrajin tusuk sate di Desa Dalisodo. Proses pembuatan tusuk sate dimulai dari pemilihan bambu berkualitas yang dipotong kecil-kecil, diraut, dan dihaluskan hingga menjadi tusuk sate siap pakai. Para mahasiswa melihat langsung bagaimana ketelitian menjadi kunci dalam menjaga kualitas tusuk sate, yang menjadi komoditas penting untuk memenuhi kebutuhan pasar, khususnya untuk usaha kuliner. Pengrajin menjelaskan bahwa produk mereka biasanya dijual ke pasar-pasar lokal maupun ke distributor di luar daerah.

Kunjungan ini memberikan wawasan baru kepada Kelompok KKM 35 tentang kehidupan masyarakat yang bergantung pada usaha kecil. Proses pembuatan dupa dan tusuk sate menunjukkan bagaimana keterampilan sederhana dapat menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi. Selain sebagai media pembelajaran, pengalaman ini juga menjadi inspirasi bagi para mahasiswa untuk mengembangkan potensi serupa di desa masing-masing, sekaligus mendukung keberlanjutan usaha-usaha tradisional seperti yang ditemukan di Desa Dalisodo.

Penulis : Kelompok KKM UIN Malang 35 (Aruna Cakrawala)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun