Sebagai bagian dari program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM), Kelompok KKM 35 mengadakan kunjungan edukatif ke Desa Dalisodo, tempat yang menjadi pusat produksi beberapa kerajinan tradisional. Dalam kunjungan ini, kelompok berkesempatan belajar tentang pembuatan dupa di rumah Pak Eli dan proses produksi tusuk sate dari salah satu pengrajin lokal. Kegiatan ini memberikan wawasan berharga tentang dua sektor usaha yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat desa.
Di rumah Pak Eli, kelompok ini mempelajari tahapan produksi dupa, mulai dari bahan baku hingga pemasaran. Pak Eli menjelaskan bahwa bahan utama dupa adalah serbuk kayu seperti jati, sengon, dan mahoni, yang dicampur hingga menjadi adonan homogen. Warna dupa ternyata berasal dari bahan dasar yang digunakan. Dupa hitam dihasilkan dari arang serbuk kayu dan batok kelapa, sedangkan dupa putih berasal dari kayu sengon. Dupa merah menggunakan kayu mahoni yang diberi pewarna khusus. Setelah adonan ditempelkan pada stik yang diimpor dari Cina, dupa dijemur selama dua hari. Jika cuaca hujan, proses ini membutuhkan waktu lebih lama. Pewangi untuk dupa ini ditambahkan di Bali sebelum dipasarkan. Meskipun produksinya sederhana, metode pemasaran yang berbasis tawaran langsung masih cukup efektif bagi Pak Eli dalam menjual produknya.
Selain belajar tentang dupa, Kelompok KKM 35 juga mengunjungi pengrajin tusuk sate di Desa Dalisodo. Proses pembuatan tusuk sate dimulai dari pemilihan bambu berkualitas yang dipotong kecil-kecil, diraut, dan dihaluskan hingga menjadi tusuk sate siap pakai. Para mahasiswa melihat langsung bagaimana ketelitian menjadi kunci dalam menjaga kualitas tusuk sate, yang menjadi komoditas penting untuk memenuhi kebutuhan pasar, khususnya untuk usaha kuliner. Pengrajin menjelaskan bahwa produk mereka biasanya dijual ke pasar-pasar lokal maupun ke distributor di luar daerah.
Kunjungan ini memberikan wawasan baru kepada Kelompok KKM 35 tentang kehidupan masyarakat yang bergantung pada usaha kecil. Proses pembuatan dupa dan tusuk sate menunjukkan bagaimana keterampilan sederhana dapat menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi. Selain sebagai media pembelajaran, pengalaman ini juga menjadi inspirasi bagi para mahasiswa untuk mengembangkan potensi serupa di desa masing-masing, sekaligus mendukung keberlanjutan usaha-usaha tradisional seperti yang ditemukan di Desa Dalisodo.
Penulis : Kelompok KKM UIN Malang 35 (Aruna Cakrawala)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H