Mohon tunggu...
Maulana Haekal Noval Akbar
Maulana Haekal Noval Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hobi utama saya adalah pemrograman dan coding. Saya menikmati tantangan dalam menyelesaikan proyek-proyek coding, belajar teknologi baru, serta berpartisipasi dalam proyek open source. Selain itu, saya tertarik untuk mengeksplorasi berbagai aspek dalam pengembangan perangkat lunak, termasuk pengembangan aplikasi pribadi, pembelajaran teknologi terbaru, dan pemecahan masalah algoritmik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perkembangan GIS: dari Pemetaan Statis ke Analisis Dinamis

12 Oktober 2024   06:45 Diperbarui: 12 Oktober 2024   06:49 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Geographic Information Systems (Sumber: freepik.com)

Perkembangan GIS: Dari Pemetaan Statis ke Analisis Dinamis


Geographic Information Systems (GIS) telah berkembang menjadi salah satu teknologi paling berpengaruh dalam analisis spasial dan manajemen informasi geografis. Menurut artikel yang ditulis oleh Lü et al. (2019) dalam International Journal of Geographical Information Science, GIS tidak hanya digunakan untuk pemetaan sederhana, tetapi juga untuk analisis yang lebih mendalam mengenai fenomena alam dan manusia. Teknologi ini telah berkembang pesat selama lebih dari setengah abad, dengan kontribusi signifikan terhadap berbagai disiplin ilmu. Artikel ini mencatat bahwa GIS sekarang digunakan tidak hanya dalam pemetaan 2D, tetapi juga dalam analisis 3D dan bahkan 4D, yang mencakup elemen waktu dalam pemetaan spasial (Lü et al., 2019).

Namun, meskipun telah banyak kemajuan, ada sejumlah tantangan signifikan yang masih harus dihadapi. Salah satu tantangan utama yang disoroti oleh Lü et al. (2019) adalah kesulitan dalam memodelkan lingkungan geografis yang dinamis dan kompleks, yang sering kali memerlukan representasi proses dan interaksi yang lebih realistis. Misalnya, model GIS tradisional masih belum mampu mensimulasikan secara akurat interaksi antara elemen fisik dan sosial dalam lingkungan geografis, seperti interaksi antara hutan dan proses fotosintesis atau hubungan antara penggunaan lahan dan perubahan iklim.

Dengan begitu banyaknya tantangan ini, artikel tersebut juga memberikan berbagai solusi dan spekulasi tentang bagaimana GIS dapat terus berkembang, terutama dalam hal integrasi data besar geografis dan teknologi Virtual Reality (VR) untuk analisis yang lebih interaktif dan manusiawi.

###

Salah satu poin utama dalam artikel yang ditulis oleh Lü et al. (2019) adalah tantangan yang dihadapi GIS dalam menangani kompleksitas data geografis. GIS tradisional, yang berfokus pada pembuatan peta dan analisis spasial sederhana, kini harus menghadapi data yang lebih besar dan lebih beragam. Data besar geografis (geospatial big data) telah menjadi elemen penting yang dihasilkan dari berbagai sumber, mulai dari sensor lapangan, citra satelit, hingga kontribusi sukarela dari masyarakat, seperti dalam bentuk Voluntary Geographic Information (VGI). Pada tahun 2018, pasar data besar diperkirakan tumbuh sebesar 20%, dan pertumbuhan ini berdampak langsung pada GIS yang harus mampu menganalisis data dalam skala masif dan real-time.

Artikel ini juga menyebutkan pentingnya integrasi teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) ke dalam GIS modern. Teknologi ini memberikan pengguna pengalaman spasial yang lebih nyata dan mendalam. Sebagai contoh, VR memungkinkan pengguna untuk masuk ke dalam skenario geografis yang dinamis, yang membantu mereka memahami pola spasial yang kompleks dan interaksi antar elemen geografis. Pada tahun 2017, penggunaan VR dalam GIS masih berada di tahap pengembangan awal, namun dengan kemajuan teknologi, diprediksi bahwa pada tahun 2025, lebih dari 30% analisis geografis akan melibatkan teknologi ini.

Selain itu, peningkatan kemampuan GIS dalam melakukan analisis proses geografis juga disoroti sebagai kunci penting untuk masa depan teknologi ini. Lü et al. (2019) mencatat bahwa meskipun GIS telah berhasil dalam menggambarkan peta statis, ia masih menghadapi keterbatasan dalam menangani fenomena geografis yang dinamis, seperti siklus hidrologi atau perubahan ekosistem. Sebagai contoh, simulasi proses dinamis yang melibatkan interaksi antara curah hujan, infiltrasi, dan evaporasi dalam suatu sistem geografis masih memerlukan peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu, artikel ini mengusulkan penggunaan model berbasis skenario untuk menggambarkan elemen-elemen ini secara lebih rinci.

Secara keseluruhan, artikel ini menekankan bahwa GIS harus terus berkembang dari sekadar alat pemetaan menjadi sistem yang lebih canggih yang dapat menggabungkan berbagai disiplin ilmu, mulai dari sains lingkungan hingga studi perilaku manusia. Penulis juga menunjukkan bahwa untuk mencapai hal ini, GIS harus berfokus pada integrasi data besar, model analisis yang lebih baik, dan representasi visual yang lebih interaktif.

###

Sebagai kesimpulan, artikel ini menyajikan refleksi mendalam dan spekulasi tentang arah perkembangan Geographic Information Systems (GIS) di masa depan. Lü et al. (2019)  menekankan bahwa meskipun GIS telah mencapai banyak kemajuan dalam lima dekade terakhir, masih banyak tantangan yang harus diatasi, terutama terkait dengan pemodelan lingkungan dinamis dan analisis proses geografis yang lebih komprehensif. Solusi yang diajukan, seperti integrasi teknologi data besar dan realitas virtual, menunjukkan bahwa GIS akan terus menjadi alat yang penting dalam berbagai disiplin ilmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun