Mohon tunggu...
Maulana Gustti
Maulana Gustti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Write to Live to Write

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi yang Tak Terselesaikan

21 November 2013   22:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:50 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berhenti dibait terkahir puisi ini
Puisiku sendiri. . .

Aku lupa cara menyelesaikannya
Tlah lupa cara menemukan keindahan dari balik huruf yang keluar dari sisa tetsa-tetes air mata.

Aku seperti merangkai yang tak ada, mencari yang tak nyata
Dan aku menyadari kalo aku hanya berputar-putar saja. . .

Aku tlah membohongi diriku sendiri
Membunuh kesunyian dengan menyayat kata melalui urat nadi.

Aku terlihat jadah sekarang dengan membenci diri sendiri
Pecundang yang berkelahi dengan birahi

Dasar Mani !!!

Akhirnya aku tak mampu menyelesaikan puisi ini

Puisi yang harus diakhiri dengan huruf ” I” .

Atau aku tuliskan saja agar puisi ini rampung dengan kalimat “Hati yang sedang dicintai” ataukah “Detik-detik menunggu mati” .

Agar puisi ini tak lagi menghantui. . .

~MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun