Mohon tunggu...
Maulana Gustti
Maulana Gustti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Write to Live to Write

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wanita yang Terluka

28 Juli 2013   19:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:55 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

http://berkozturk.deviantart.com

Wanita itu berdiri di ujung hari. . .

Menanti dari waktu ke waktu

Menunggu redanya hujan berganti setitik cahaya

Rambutnya yang hitam kemerah – merahan permadani. . .

Terurai menjuntai kearah jantungnya yang surga

Matanya senja cokelat layaknya buah sawo. . .

Ada bekas – bekas getir di sana

Pertanda air mata pernah dijatuhkan

Nyaris menenggelamkan semuannya, termasuk jiwanya

Jemarinya juga pernah terluka. . .

Sebab pernah terlalu erat menggenggam hatinya yang patah, sendirian~

Bibirnya yang merah muda juga nampak pernah mengeluarkan kata – kata terdalam tentang rasa

Tentang cinta dan rindu terakhir yang masih tersisa pada liangnya

Kini, aku hadir dengan berjuta ingin. . .

Salah satunya menyeka lukanya

Mengkiamatkan kesedihan dari masa lalunya

Agar dia dapat kembali mencinta. . .

Tanpa pernah~

meminta.

~MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun