Mohon tunggu...
Maulana Fiqi Ilhami
Maulana Fiqi Ilhami Mohon Tunggu... -

Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Kampung Dolanan" Menjaga Kearifan Lokal

11 Januari 2016   15:56 Diperbarui: 11 Januari 2016   16:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Banyaknya mainan modern mulai menggeser mainan tradisional warisan leluhur. Saat ini anak-anak lebih akrab dengan bentuk mainan modern, sehingga mainan tradisional terkesan terpinggirkan bahkan terlupakan. Fenomena ini membakar semangat Wahyu Anggoro Hadi untuk melestarikan mainan tradisional dengan menghidupkan kembali tradisi Desa Pandes yang memang sejak dulu dikenal sebagai "Kampung Dolanan". Pada zaman dahulu, Kampung Dolanan Pandes terkenal kaya akan seni tradisi dan kriya terutama yang berbahan kertas serta bambu.

Wahyu Anggoro Hadi warga Desa Panggungharjo, mencoba untuk mendesain ulang permainan tradisonal tersebut. Upaya ini dilakukan sebagai langkah untuk mulai memasyarakatkan kembali permainan-permainan tradisional. Selain bertujuan pelestarian, diproduksinya kembali mainan tradisional ini untuk me-revitalisasi nilai tradisi yang merupakan khazanah budaya leluhur.

Kampung Dolanan terletak di Dusun Pandes Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kampung Dolanan saat ini merupakan salah satu Desa Wisata di Bantul. Banyak wisata budaya yang bisa dinikmati di Kampung Dolanan ini. Selain belajar bersama untuk membuat mainan tradisional, juga ada kegiatan outbond yang telah dipadukan dengan banyak permainan tradisional.

“Bentuk mainan tradisional yang diproduksi di Kampung Dolanan bermacam-macam jenisnya, antara lain Ada othok-othok, wayang kertas, wayang angkrek, payungan, bedhilan karuk,dan masih banyak lagi mas" terang Wahyudi. Semua mainan terbuat dari bahan yang ramah lingkungan. Mainan ini juga dijual untuk umum. Harganya antara Rp.2000-Rp.5000 sesuai bentuk mainannya.

Langkah dalam pelestarian mainan tradisional ini juga dilakukan melalui dunia pendidikan. Kampung Dolanan memiliki sebuah kelompok bermain (playgroup) yang bernama "Among Siwi". Dalam kelompok bermain inilah anak-anak dikenalkan berbagai macam mainan dan permainan tradisional warisan leluhur. Selain kelompok bermain juga ada rumah budaya yang merupakan sanggar dan tempat untuk pembuatan dan penyimpanan contoh mainan anak yang diproduksi oleh Kampung Dolanan.

Dalam upaya melestarikan mainan tradisional, Kampung Dolanan ini juga aktif untuk berpartisipasi dalam event budaya. Setiapa tahunnya, kampung ini selalu diminta oleh Kementrian Budaya dan Pariwisata untuk menjadi pemateri dalam workshop kebudayaan. Selain itu juga pernah mengikuti Purfurbance Art#3 Festival yang merupakan festival seni masyarakat urban berskala internasional. (Ye-Em)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun