Mohon tunggu...
MUHAMAD MAULANAFERDIANSYAH
MUHAMAD MAULANAFERDIANSYAH Mohon Tunggu... Lainnya - Sarana pembelajaran perkuliahan

Muhamad Maulana Ferdiansyah ( Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unissula)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guru sebagai Penunjang Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran Sastra Indonesia

27 Desember 2022   12:06 Diperbarui: 27 Desember 2022   12:29 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh :

Muhamad Maulana Ferdiansyah (Mahasiswa PBSI FKIP UNISSULA)

Dr. Evi Chamalah, M. Pd. (Dosen PBSI FKIP UNISSULA)

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilalui oleh semua orang untuk memperoleh ilmu, pengetahuan, pengalaman, perilaku dan pembentukan sikap serta kepercayan diri seseorang. Proses pembelajaran biasanya dapat kita temui dalam dunia pendidikan, dimana seorang tenaga pendidik melakukan interaksi dengan peserta didik hingga mendapatkan reaksi dari proses pembelajaran tersebut. Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas pembelajaran adalah variabel guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting dan cukup dominan dalam penentuan kualitas pembelajaran. Rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang guru dapat memberikan efek yang cukup sistematis terhadap proses pembelajaran diikuti dengan rasa tanggung jawab oleh peserta didiknya. Sehingga, melalui rasa tanggung jawab tersebut tenaga pendidik dapat menciptakan pembelajaran yang lancar dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Namun, rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang guru pun dirasa tidak cukup untuk menunjang keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Apalagi dalam pembelajaran sastra, yang mana mempelajari berbagai bentuk karya sastra dengan berbagai nilai yang ada di dalamnya dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Tentunya seorang guru haruslah mempunyai cara tersendiri dalam proses pembelajarannya, baik dari strategi, metode, maupun media apa yang akan diterapkan pada proses pembelajarannya. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut terkait hal tersebut, maka dilakukanlah observasi terkhusus pada pembelajaran sastra Indonesia di SMAN 10 Semarang melalui kegiatan wawancara yang dilakukan dengan narasumber Ibu Maslikah, S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Ibu Maslikah merupakan seorang guru aktif di SMAN 10 Semarang dengan pengalaman mengajar kurang lebih selama 20 tahun. Sebagai guru senior beliau telah melalui berbagai pergantian kurikulum di Indonesia baik dari KTSP, Kurtilas hingga Kurikulum Merdeka. Tentunya dengan pergantian kurikulum tersebut, ibu Maslikah juga sudah berpengalaman terhadap berbagai bentuk serta proses pembelajaran pada masing-masing kurikulum. Hal inilah yang membuat beliau merasa senang dan unik ketika mengajarkan sastra, karena menurut beliau dari segi materi cukup menarik untuk dipelajari bersama-sama sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa untuk sama-sama belajar. Selaras dengan pernyataan tersebut, Ibu Maslikah menggunakan beberapa metode untuk menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Contoh metode yang beliau terapkan adalah metode pembelajaran Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan) dan Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah).

  • Discovery Learning merupakan pembelajaran yang menginstruksikan peserta didik atau siswa dalam mencari dan menemukan suatu pengetahuan dengan sendirinya dan dapat disampaikan dalam pembelajaran. Menurut Richard dalam Roestiyah N.K. (2012, 20) Metode Discovery Learning merupakan proses pengajaran yang melibatkan peran peserta didik untuk dapat berproses dalam kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar mandiri dengan caranya sendiri. Dalam hal ini, Ibu Maslikah menyampaikan berbagai tahapan yang dilaksanakan dalam pembelajaran tersebut, yaitu dengan cara guru memberikan stimulus, guru memberikan pernyataan untuk diidentifikasi masalahnya oleh siswa, siswa mengumpulkan data dan mengolahnya, siswa membuktikan hasil data dengan temannya, siswa menarik kesimpulan didampingi oleh gurunya.
  • Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang dikembangkan melalui permasalahan untuk memberikan pengalaman belajar pada siswa agar dapat berpikir kritis, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah maupun memperoleh pengetahuannya sendiri. Di SMAN 10, pembelajaran ini sudah sering diterapkan dengan langkah menyampaikan tujuan dan mengenalkan masalah, membagi peran siswa dalam kegiatan kelompok maupun individu, memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi maasalah dan menyusunnya, melakukan pendampingan, memberikan kesempatan untuk menyajikan hasilnya, mengarahkan siswa untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatannya.

Dalam proses pembelajaran, pastinya tidak cukup dengan metode saja. Ibu Maslikah membutuhkan berbagai media yang dapat membantunya dalam proses pembelajaran. Seperti halnya beliau sering menggunakan media PowerPoint disertai video animasi yang ditampilkan melalui LCD Proyektor untuk menjelaskan atau memberikan gambaran singkat tentang materi yang akan dijelaskan. Kemudian menggunakan alat musik seperti gitar untuk menghidupkan pembelajaran puisi, menyuruh siswanya untuk mencari referensi di surat kabar atau koran terkait materi sastra seperti cerita pendek hingga mengajak siswa ke luar kelas untuk mengganti suasana dan mencari ide untuk mendukung pembelajaran sastra.

Cara yang menarik dalam penyajian pembelajaran sastra tersebut dapat meningkatkan kemauan dan minat siswa terhadap sastra. Akan tetapi, perlu diingat bahwa seberapa banyak media dan metode pembelajarannya terkadang tidak dapat berjalan efektif apabila situasi dan kondisinya tidak mendukung proses pembelajaran. Seperti halnya ibu Maslikah memaparkan problematika yang dihadapinya ketika mengajarkan sastra, di mana siswa kurang memahami materi dengan baik meskipun sudah melalui berbagai proses yang dilakukannya. Jadi, letak permasalahannya ialah pada SDM peserta didik itu sendiri yang belum siap menerima dan memahami alur pembelajarannya. Melalui hal inilah guru harus pintar-pintar memilih dan menerapkan strategi pembelajarannya. Selain itu, guru harus terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan dirinya sebagai media utama dalam pembelajaran. Sebagai tenaga pendidik, guru haruslah kompeten di bidangnya. Apabila hal ini telah dibenahi, maka interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan berhasil dan berjalan dengan lancar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun