“Kamu siapa?”
“Hah? Jangan main-main ah!”
“Aku ngga main-main. Aku itu kamu.”
“Maaf ya, aku ngga punya waktu ngeladenin orang kayak kamu. Aku buru-buru.”
“Kamu mau ngejar Arina kan?”
“Loh, kok kamu tahu?”
“Aku kan udah bilang. Aku itu kamu.”
“Aahh, aku ngga percaya!”
***
Kok badanku ngga bisa digerakin ya? Mataku juga hanya menatap lurus ke depan. Aduh, mulai dingin pula disini. Aah, sial! Kenapa ini?!
“Percuma kamu bergerak...”
“Apa maksud mu?”
“Jadi kamu ngga ingat?”
“Ingat apa sih? Kalo mau cerita jangan setengah-setengah!”
Duh, semoga Arina belum take off. Tunggu aku ya sayang.
“Wah, kepala kamu bener-bener terbentur hebat.”
“Ceritain dong!”
“Baiklah, dengarkan baik-baik ya.”
***
“Kamu itu pengecut! Terlalu penakut untuk nyatakan cinta pada seorang cewek. Kamu itu bodoh atau gila sih? Arina itu kurang cantik apa coba?! Cerdas pula. Eh..kamu malah main-mainin perasaan dia dua bulan ini.”
“Siapa yang main-mainin perasaan dia? Aku itu masih ragu, takut hubungan ku dengannya tak bertahan lama.”
“Tuh kan pengecut!”
“Sial!”
“Mau aku lanjutin ngga ceritanya?”
“…lanjutin…”
“Minggu ini puncaknya hubungan kalian. Arina itu sebenernya udah mau banget jadi pacar kamu. Dia itu sering bercermin. Nyiapin jawaban “iya” kalo kamu nyatain cintamu padanya. Sampai akhir minggu kamu ngga juga muncul. Telepon ato bbm aja ngga. Dasar bodoh!”
“Eh! Kamu mau cerita ato ngejek aku sih?!”
“Dengerin nih…! Kamu ingat jum’at malam waktu kamu hubungin dia?”
“Ingat…”
“Nah, dia baru nerima lagi cinta mantan pacarnya. Sebenarnya waktu itu dia sangat bimbang sampai menangis seharian. Apalagi waktu malamnya kamu bbm dia.”
“…”
“Dia delete contact bbm kamu. Makanya kamu ngga bisa hubungin dia. Terus kamu coba hubungin dia via twitter sampai akhirnya jumat pagi dia telepon kamu sambil menangis minta maaf. Inget ngga?”
“Hmmm aku lupa…”
“Kamu ngga terima waktu dia bilang udah jadian lagi dengan mantannya. Dia minta kamu jangan hubungin dia lagi. Kamu terus-terusan memaksanya ketemu. Dia terus-terusan minta maaf dan menolak ketemuan. Sampai hari ini.”
“Kenapa hari ini?”
“Tadi pagi dia sms kamu. Dia bilang mau ketemu sama kamu, tapi cuma sebentar karena dia akan berangkat ke Ambon. Jadi voluntir mendidik anak-anak SD disana selama setahun.”
“…”
“Kamu tahu dia akan berangkat ke Ambon jadi voluntir. Tapi kamu tidak tahu kalo dia berangkat hari ini. Kaget saat dia telepon kamu dan bilang mau ketemuan satu jam sebelum take off. Kamu ngebut di tol dalam kota.”
“lalu?”
“Lalu kamu ketemu aku disini.”
“Aku ngga ketemu dia?”
“Ngga…”
“Jam berapa sekarang? aku harus ketemu dia.”
“Sekarang sepuluh pagi. Dia sudah take off dari jam setengah delapan tadi.”
“Aku ini dimana sih?”
“Kamu di kamar mayat. Kamu itu sudah mati nabrak taksi dekat pintu tol Sedyatmo.”
Terinspirasi mini seri Alfred Hitchcock Presents: Eps. Breakdown.
Danny Maulana, Jakarta 25 September 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H