Mohon tunggu...
Cahya Maulana
Cahya Maulana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris UAD, enterpreneur, Sekretaris Umum PW IPM DI Yogykarta, Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Pelajar seumur hidup!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangsa yang Mengalami Amnesia Sejarah Akut (Catatan di Hari Kemerdekaan)

17 Agustus 2011   07:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap tahunnya Euforia kemerdekaan terulang untuk terus dirasakan setiap warga Negara Republik ini. Nyaris setiap warga Negara mengerti akan peristiwa 17 Agustus 1945, dan kini 66 tahun sudah peristiwa itu berlalu. Ini juga berarti 66 kali warga Negara kita merasakan euforia kemerdekaan yang diungkapkan dalam beragam cara, aku masih ingat 15 tahun yang lalu ketika aku masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, betapa bahagianya merayakan HUT RI ini dan bercampur dalam euforia kemerdekaan. Tak jauh beda, cara memperingati kemerdekaan 15 tahun yang lalu dengan sekarang pun hampir sama, bahkan sedikit banyak mulai tidak semarak lagi di beberapa daerah. Ironi, apakah perayaan kemerdekaan ini akan terulang dari tahun ke tahun hanya dengan kondisi yang sama? Tanpa diikuti dengan kemajuan kita sebagai bangsa.

Usia 66 tahun terbilang cukup senja untuk umur seorang anak manusia. untuk sebuah bangsa usia ini pun sedah saatnya diperhitungkan menjadi usia yang mapan. Tak ada bedanya bukan?, bangsa ini pun terdiri dari sekumpulan manusia, bahkan sejak lahirnya bangsa ini pun berada di tangan-tangan manusia yang tua lagi cerdas. Bangsa ini sudah melewati beberapa generasi kepemimpinan sehingga tidak sedikit pengalaman yang terekam oleh sejarah dan masih sangat segar untuk ditarik ke permukaan zaman sekarang ini. Jangan sampai, bangsa yang besar ini lupa apalagi malu belajar dari sejarah dirinya sendiri.

Saat ini masyarakat Indonesia dengan segala kondisinya yang ada, masih jauh dari prinsip adil dan kemakmuran. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa keadilan merupakan sesuatu yang sangat langka untuk ditemui di sendi-sendi kehidupan bermasyarakat di bangsa ini. Terlebih lagi kemakmuran masyarakatnya, rasanya kita masih perlu bercermin pada diri sendiri, apakah kita pantas mendapatkan kemakmuran tersebut.

Pada pidatonya tanggal 10 November 1960, Soekarno pernah menyampaikan amanahnya yang menekankan bahwa pola pembangunan yang harus dilakukan di Indonesia adalah bersifat “Sosialisme berdasarkan Pancasila”. Ketika itu adalaha era demokrasi terpimpin, maka sebagai pelaksanaanyadibentuklah Depernas (dewan Perancang Nasional), yang merumuskan Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Isinya, antara lain menjelaskan rancangan “Pola Pembangunan masyarakat adil dan makmur atau masyarakat Sosialisme (a la) Indonesia”. Dalam pola inilah dirumuskan ciri-ciri tentang gambaran “Manusia Sosialis Indonesia”, yaitu: manusia yang mendasarkan cipta, rasa, karsa, dan karyanya atas landasan-landasan sebagai berikut:

1)Kepribadian dan kebudayaan Indonesia

2)Semangat patriot komplit

3)Asas Pancasila

4)Semangat gotong royong

5)Jiwa pelopor (swadaya dan daya cipta)

6)Susila dan budi luhur

7)Kesadaran bersahaja dan mengutamakan kejujuran

8)Kesadaran mendahulukan kewajiban daripada hak

9)Kesadaran mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

10)Kerelaan berkorban dan hidup hemat

11)Asas demokrasi terpimpin

12)Asas ekonomi terpimpin

13)Disiplin

14)Kepandaian untuk menghargai waktu

15)Cara berpikir rasional dan ekonomis, dan

16)Kesadaran bekerja untuk membangun dengan kerja keras. [1]

Apa yang sudah menjadi rumusan founding fathers bangsa ini saja tidak banyak diingat oleh para pemimpin bangsa kita, apalagi masyarakatnya. Inilah kondisi bangsa yang sudah mengalami historical amnesia (amnesia sejarah), sehingga wajar jika bangsa inipun mengalami disoriented of goals. Kemanapun bangsa ini dibawa oleh pemimpinnya, ia akan mengalami ke-jumudan yang berkepanjangan. Semoga bangsa ini segera diberi petunjuk diumurnya yang semakin menua.

[1] Lihat, Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi, terbitan Departemen Penerangan RI tahun 1961

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun