Mohon tunggu...
Maulana Ahmad Amri
Maulana Ahmad Amri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA 22107030130

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Maraknya Peralihan Rokok Ronvensional ke Rokok Elektrik, Akankah Lebih Baik?

11 Juni 2023   21:14 Diperbarui: 11 Juni 2023   21:20 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah sahabat kompasioner seorang perokok ? atau seorang perokok berat ? pasti sahabat sudah mengetahui tentang rokok elektrik bukan? Maraknya tersebarnya rokok elektrik menyebabkan perpindahan penggunaan rokok konvensional ke rokok elektrik, khususnya pergantian penggunaan ini  banyak dilakukan oleh kebanyakan anak remaja.
Persaingan antara rokok konvensional dan rokok elektrik telah menjadi topik yang hangat dalam beberapa tahun terakhir. Rokok konvensional telah ada selama berabad-abad dan telah menjadi sumber kebutuhan, terutama bagi yang sudah kecanduan nikotin yaitu perokok di seluruh dunia. Di sisi lain, rokok elektrik, juga dikenal sebagai rokok elektronik atau e-rokok, relatif baru dan telah mendapatkan popularitas yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Berikut adalah beberapa perbandingan yang harus sahabat kompasioner ketahui antara rokok konvensional dan rokok elektrik:

1.Komposisi dan efek terhadap kesehatan:
Rokok konvensional mengandung ribuan bahan kimia, termasuk nikotin, tar, karbon monoksida, dan berbagai zat berbahaya lainnya yang dihasilkan dari pembakaran tembakau. Paparan terhadap bahan-bahan ini telah terkait dengan berbagai penyakit serius, termasuk kanker, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan. sedangkan
Rokok elektrik biasanya mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan berbagai aroma. Mereka bekerja dengan memanaskan cairan yang menghasilkan uap yang dihirup oleh pengguna. Meskipun rokok elektrik mengurangi paparan terhadap sejumlah besar bahan kimia yang ada dalam rokok konvensional, mereka tidak sepenuhnya bebas risiko. Beberapa studi telah menemukan bahwa rokok elektrik juga dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan, meskipun risikonya cenderung lebih rendah daripada rokok konvensional.

2.Kecanduan dan penarikan:
Rokok konvensional mengandung nikotin, yang menyebabkan kecanduan fisik dan psikologis. Perokok yang mencoba berhenti merokok sering mengalami gejala penarikan yang tidak menyenangkan. Sedangkan
Rokok elektrik juga mengandung nikotin, tetapi beberapa studi menunjukkan bahwa tingkat kecanduan mungkin lebih rendah daripada rokok konvensional. Selain itu, beberapa pengguna rokok elektrik telah melaporkan pengurangan gejala penarikan saat mereka beralih dari rokok konvensional.

3.Regulasi
 Rokok konvensional telah lama diatur dan dilarang di beberapa tempat umum, serta ada regulasi yang ketat mengenai pemasaran, peringatan kesehatan, dan penjualan kepada anak-anak. sedangkan Regulasi terkait rokok elektrik bervariasi di berbagai negara. Beberapa negara melarang penjualan kepada anak-anak dan menerapkan aturan-aturan tertentu terkait iklan dan peringatan kesehatan. Namun, regulasi yang komprehensif masih sedang berkembang di banyak wilayah.
erokok memiliki dampak negatif pada kesehatan, baik bagi perokok itu sendiri maupun bagi orang di sekitarnya.

Namun bagi sahabat kompasioner yang sudah tercandu rokok tidak usah risau, ada beberapa saran yang mungkin  sangat berguna yaitu:

1.Kesadaran akan risiko kesehatan. Edukasi diri sendiri tentang risiko kesehatan yang terkait dengan merokok. Pahami bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit serius seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan terutama bagi perokok pasif. Mengetahui risiko ini dapat menjadi dorongan untuk berhenti merokok.
2.Rencanakan berhenti merokok. Mmeskipun tidaklah mudah buatlah rencana untuk berhenti merokok. Tetapkan tanggal mulai yang jelas dan atur tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Diskusikan dengan dokter atau profesional kesehatan yang kompeten untuk memperoleh bantuan dan saran yang lebih spesifik.
3.Cari dukungan: Mintalah dukungan dari keluarga, teman, atau anggota komunitas yang ingin membantu Anda berhenti merokok. Bergabunglah dengan kelompok dukungan atau program berhenti merokok yang dapat memberikan Anda dukungan emosional dan informasi yang berguna.
4.Hindari pemicu merokok. Identifikasi situasi atau kebiasaan tertentu yang memicu keinginan untuk merokok, seperti minum kopi atau minum alkohol. Coba hindari atau kurangi paparan terhadap pemicu-pemicu ini untuk membantu mengurangi keinginan merokok.
5.Ganti kebiasaan. Temukan kegiatan pengganti yang dapat membantu Anda mengalihkan perhatian dari keinginan merokok. Misalnya, cobalah melakukan olahraga, meditasi, atau kegiatan yang Anda nikmati untuk mengisi waktu luang.
6.Hindari frustasi. Proses berhenti merokok mungkin tidak selalu mudah dan bisa menimbulkan frustasi. Jika Anda mengalami kembali jatuh ke kebiasaan merokok, jangan menyerah. Ingatlah bahwa itu adalah bagian dari proses dan tetap berkomitmen untuk berhenti merokok.
7.Jaga kesehatan. Fokus pada kesehatan secara keseluruhan. Perhatikan pola makan yang sehat, cukup tidur, dan lakukan aktivitas fisik secara teratur. Hal ini dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Ingatlah bahwa berhenti merokok adalah proses yang dapat memerlukan waktu dan upaya yang berkelanjutan. Tidak bisa bila orang yang sudah kecanduan rokok berhenti begitu saja, Jika Anda mengalami kesulitan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional, seperti konsultan berhenti merokok atau dokter, yang dapat memberikan Anda bantuan yang lebih terarah dan spesifik, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun