Oleh : Maulana Ahadi
Rezeki itu kadang tak terduga. Bagaimana perasaan kamu jika sesuatu yang sudah lama kita inginkan ternyata tahu-tahunya ada dirumah ?.
"Senangnya gimana gitu kan"
Tentunya itu adalah sesuatu yang sangat surprise dan bahagia, apalagi tanpa mencari dan membelinya sendiri.
Jadi ceritanya hari ini Jum'at sore sekitar pukul 16.45 wita penulis sedang santai ngopi sambil ngobrol dengan kawan, ada telpon berdering dari saku celana, setelah dicek ternyata panggilan dari "Ibu negara" heee (isteri).
Tanpa banyak alasan cuss angkat, setelah ditanya "kenapa" ternyata  disuruh ke "pasar tungging".
Tahu nggak pasar tungging?.
Pasar tungging istilah di Banjar untuk pasar malam, awalnya dahulu hanya ada ada di Banjarmasin, kemudian menginspirasi hingga ke desa-desa di Hulu Sungai.
Penulis bertanya ke istri "pengen apa ?" Dia bilang beliin agar-agar bola sekarang, ya wess, langsung tanpa panjang lebar meluncur ke pasar, kebetulan dari tempat ngopi paling memakan waktu 5 menitan, sesampainya dipasar langsung menuju langganan isteri.
Kebetulan tiap Minggu belinya dipasar sore itu,,untuk diketahui pasarnya buka setiap sore Jum'at pukul 14.00 sampai 18.00 wita.
Dipasar banyak jualan camilan dan keperluan dapur (sembako), kemudian juga buah-buahan, kebetulan ini lagi musim durian lho.
Waktu pulang kebetulan penulis melihat penjual salak, niat sih pengen beli karena sudah lama kepengen.
Namun entah mengapa muncul ragu-ragu untuk membeli, lalu memutuskan langsung pulang.
Waktu masuk rumah ternyata ada kantung kresek plastik warna merah di ruang tamu, penulis bertanya ke istri, kapan beli ?.
Tadi katanya dipasar sore, "laaah", jadi mikir kok tadi kepasar juga rupanya, kenapa minta belikan agar-agar bola lagi.
Hmmmm jadi bingung.
Namun ketika mau memakan buah salak jadi teringat bahwa sebenarnya sudah lama kepengen, ternyata dirumah ada rezeki tak terduga.
Isteri berkata itu sangat murah lho, cuman Rp.12.000,- sekilonya.
Sambil mengupas buah salak, pikiran kembali berselancar teringat ke masa lalu ketika sekolah menengah pertama tahun 2002-an.
Pernah diajak sepupu bersepeda dari Angkinang Selatan Kab. HSS menuju desa Tabudarat Kab.HST, jarak yang sebenarnya agak 'gokil' ,jika dilakukan sekarang ogaah ah.
Jarak dari Angkinang Selatan ke Tabudarat itu kurang lebih 15 kilo loh, kebayang nggak dahulu saking semangatnya.
Kalau sekarang, jangankan bersepeda 15 kilo, jalan kaki 1 kilo aja sudah ngos-ngosan.
Dahulu paman dari sepupu itu kebetulan tinggalnya di desa Tabudarat Kab.HST, tempat asal ayahnya.
"Mau-maunya Saja diajak bersepeda".
Namun ada sesuatu yang selalu teringat hingga sekarang, meskipun sudah puluhan tahun tidak pernah lagi bertemu camilan khas yang disuguhkan paman sepupu penulis waktu itu.
Yaitu "Salak Bajuruh", ya, Bajuruh karena bahannya dari air juruh, yaitu air nira sadapan dari pohon aren untuk membuat gula merah.
Waktu itu di desa Tabudarat sangat banyak pohon salak dan buahnya melimpah, hingga membuat paman sepupu berpikir bagaimana memanfaatkannya agar awet tidak cepat busuk.
Salak ini kebetulan bukan jenis salak manis seperti jenis pondoh, tapi hanya salak biasa yang rasanya kadang asam dan agak sepat, sehingga kurang diminati.
Entah sejak kapan paman sepupu berinovasi untuk membuat salak Bajuruh (bukan asinan) yaaah.
Penulis dahulu sempat bertanya, bagaimana cara membuatnya, paman menjelaskan bahwa pembuatannya sangat sederhana yaitu salak yang sudah tua dikupas, dilepaskan dari bijinya.
Kemudian dipotong-potong tipis, kemudian ketika air sadapan pohon aren dimasak sudah agak kental berbuih maka dimasukkan salak yang sudah dipotong-potong tadi.
Terus diaduk-aduk hingga tercampur merata, kemudian dingkat diletakkan di dalam toples.
Kata paman buah salak itu mampu bertahan berbulan-bulan, sebab campuran air juruh tadi.
Rasanya tidak diragukan lagi, ada manis, asem dan agak sedikit sepat, membuat sensasi ketagihan.
Namun hingga sekarang penulis tidak  pernah menemukan lagi camilan ini.
Kalau penasaran anda bisa mencoba membuatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H