Mohon tunggu...
Maulana Ahadi
Maulana Ahadi Mohon Tunggu... Dosen - Dambung

Mencurahkan segala rasa, serta gejolak dalam pikiran lewat kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi "nasi kuah teh" Ochazuke nya orang Banjar, tanda syukur 2025

1 Januari 2025   13:56 Diperbarui: 1 Januari 2025   14:13 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: https//id.wikipedia.org


Tak terasa tahun 2024 kembali telah berlalu, sepatutnya kita bersyukur atas segala pencapaian yang sudah didapat maupun yang masih direncanakan. Mengingat masih banyak orang-orang masih berjuang dengan keterbatasannya.

Mari bersama membuka lembaran dengan menyongsong tahun baru 2025 yang lebih baik serta menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.  Mengingat kembali hal-hal yang telah dilakukan ditahun sebelumnya tidak berarti menyesali, namun mencoba mengintrospeksi agar dapat menjadi penyemangat hingga dapat berbuat yang lebih dari yang sudah baik. Sebagaimana mengingat masa lalu ketika orang tua berkata :

 " Makan ha Pian nitu,
    Mama makan nasi bakuah teh haja"

Ucapan yang seolah biasa namun sekarang menjadi hal yang luar biasa maknanya. Hal-hal yang selayaknya belum mampu ditangkap dan dianalisis maknanya seumuran anak SD.
Keadaan yang menggambarkan ketidakstabilan perekonomian keluarga saat itu, sangat kontras memang dengan kondisi sekarang, makan siap saji dan serba enak. Dimana kebiasaan masa lalu itu jarang sekarang ditemukan, apalagi mau dilakukan Generasi Z yaitu makan nasi hanya dengan kuah teh. "Bisa-bisa dikatakan anak sekarang lain zamannya"
Adalah ketika ditahun 1997 an ketika awal terjadi Krisis moneter, waktu itu penulis baru sekolah tingkat dasar, ketika berkumpul makan dengan kedua orang tua, terutama ibu sering menyuruh agar kita makan dengan lauk ikan kering seadanya, sedangkan beliau hanya nasi dengan dikuahi air teh pakai gula, ketika ditanyakan ibu selalu menjawab 

" makanan ini sudah menjadi kebiasaan sejak orang tua dahulu"


Mendapat jawaban tersebut seolah adalah hal lumrah yang sudah biasa di masyarakat Banjar. Ternyata sekarang baru sadar bahwa hal itu bukanlah suatu kebiasaan, namun lebih kepada suatu kondisi ekonomi yang terbatas.
Penulis ingat ketika ibu bercerita tentang orang tua beliau ditahun 1965-an yang memiliki banyak anak, sehingga untuk makan saja harus dicampur antara beras dengan ubi kayu yang dicincang halus agar kebutuhan akan makanan terpenuhi.
Saking protesnya lirih ibu, saudara bungsu beliau menangis waktu itu karena yang dimakan hanya beras yang dimasak dengan campuran ubi kayu. Begitulah mungkin pelajaran lain juga tentang makan dengan kuah teh.
Namun era akhir-akhir ini orang malah trend untuk meninggalkan dan menghindari nasi sebagai sumber karbohidrat, diganti sumber lain seperti ubi dan sumber karbohidrat lainnya. Karena dianggap gaya hidup lebih sehat.
Kembali ke "Nasi kuah Teh",  ternyata budaya ini sudah ada pada masyarakat Jepang.

 Menurut sumber https//id.Wikipedia.org, di Jepang cara makan ini dikenal dengan" Ochazuke" yaitu nasi yang dikuahi dengan teh hijau, atau jenis teh lainnya.
Konon makanan khas ini sudah ada sejak zaman Edo, dan di tahun 1970 sudah diproduksi masal makanan instannya.
Penulis penasaran apakah budaya "Nasi kuah teh" ini ada kaitannya dengan pendudukan Jepang di Kalimantan Selatan ?.
Sebab menurut data, Jepang masuk pertama kali ke Kalimantan Selatan pada tahun 1942, mungkinkah kebiasaan makan dengan kuah teh ada kaitannya dengan budaya Jepang?.


Ayo berbagi info.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun