Â
"Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa", begitulah penggalan lirik lagu yang begitu menyentuh serta sangat familiar ditelinga, lirik yang menggambarkan betapa tak terhingganya cinta ibu kepada anaknya. Â Ibu yang mengandung calon bayi sejak minggu pertama hingga sembilan bulan lamanya, rela menahan sakit, susah tidur, menggendong berat perutnya, hingga susah bernafas, semua dijalani demi calon bayi yang dinantikan.
Bagi pasangan suami isteri yang telah lama menjalani biduk rumah tangga, tidak lengkap rasanya  jika belum memiliki keturunan. Sebab memiliki anak adalah bukti sempurnanya nikmat serta kebahagian keduanya.
Namun memiliki anak adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah SWT yang maha kuasa, sebab ada berapa banyak orang yang telah lama menikah namun tidak diberikan titipan berupa keturunan, meskipun secara meteril mereka diberikan rezeki yang sangat mumpuni. Sebaliknya pasangan yang rezekinya terbilang pas-pasan namun diberikan rezeki berupa anak yang banyak, keduanya adalah merupakan bagian dari ujian sekaligus titipan.
Karena anak adalah amanah, maka berarti orang tua dianggap oleh yang maha kuasa sanggup untuk dititipi, dipercaya dan menjaga sesuatu yang dititipkan kepada keduanya. Tidak hanya berkaitan dengan tanggung jawab, kecintaan serta pengorbanan serta mendidiknya.
Meskipun pada perjalanan dalam menjaga serta mendidiknya memerlukan pengorbanan dan usaha serta tekad yang kuat demi meraih suatu yang dicita-citakan. Setiap orang tua pasti akan berusaha memberikan yang terbaik kepada anaknya, mengharapkan suatu pencapaian yang lebih daripada yang telah dicapai oleh orang tuanya. Maka lahirlah perkataan "Nak jadilah kamu lebih baik dari bapak dan ibumu". Kata tersebut adalah sebuah harapan, do'a serta motivasi agar anak memiliki tekat yang kuat demi menyongsong masa depan yang lebih baik.
Ada cobaan hidup yang beragam dan kompleks dalam perjalanan kehidupan berumah tangga, ada yang diuji dengan ekonomi yang pas-pasan, ada yang diuji dengan kehilangan suami sebagai kepala keluarga disaat-saat membutuhkan, serta sebaliknya. Hal itu terkadang disaat situasi yang sulit, disatu sisi diberikan kebahagian dengan  diamanahi buah hati. Disisi lain isteri kehilangan suami tercinta untuk bersama-sama membesarkan serta memelihara buah hati mereka.
Hal yang pernah terlebih dahulu dialami oleh ibunda Nabi Muhammad SAW ketika kehilangan suami tercinta di usia kehamilan enam bulan.
Seorang ibu terkadang dihadapkan dengan situasi harus mampu bertahan dalam mengemban amanah mengasuh, mendidik serta memelihara anaknya seorang diri. Meski tak jarang seorang ibu harus berada pada posisi mengalah dan terkadang terpaksa berbohong demi pengorbanan kepada anak yang disayanginya.
Sebagaimana riwayat yang pernah terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab R.A, salah satu sahabat Rasullah SAW yang diangkat menjadi Khalifah setelah masa sahabat Abu Bakar As Shiddiq R.A. Khalifah Umar bin Khattab terkenal sebagai pemimpin yang suka terjun langsung berjalan melihat bagaimana kondisi rakyatnya. Pada suatu ketika mendapati sebuah gubuk kecil sederhana yang dihuni oleh ibu dan anaknya yang masih kecil, dimana perhatian Khalifah Umar bin Khattab tertuju pada sebuah gubuk kecil, karena ada suara rengekan tangisan dari anak kecil yang sedang lapar. Tangis yang begitu sayup-sayup terdengar begitu memilukan.