Tulisan sok tahu dari pengalaman saya. Jadi tak harus disepakati bersama.
Sore itu Dulkemen sedang menikmati secangkir kopi di teras rumahnya. Dulkipo salah satu temannya tiba-tiba datang dengan wajah sumpek. Nampak jelas ia hendak menjadikan Dulkemen keranjang sampah kesumpekan-nya itu. Sesungguhnya Dulkemen sudah tau bahwa sahabatnya itu akan membanjiri dirinya dengan segala bentuk sambatan. Pasti akan memakan waktu cukup lama, tapi mau bagaimana lagi? orang Dulkemen sudah terlanjur kepergok nyantai sambil minum kopi,--entah sudah menjadi kesepakatan bersama mungkin, orang yang ngopi di depan teras identik dengan tuna sibuk.
"Men jengkel aku Men ...! Aku ndak terima, aku mau menuntut keadilan," ketika duduk Dulkipo langsung membuka omongan. Sementara Dulkemen hanya memandang dengan pandangan datar. Ia tau, tanpa ditimpali jawaban pasti teman kentalnya itu akan tetap melanjutkan ceritanya. Bahkan terkadang Dulkipo saat sedang curhat seperti itu, tak satu dua kali ia keselek air liurnya sendiri hingga terbatuk-batuk.
"Berkali-kali aku nge-add beberapa penulis terkenal, maka berkali-kali itu pula aku ditolak. Padahal aku sudah rela mengecek setiap hari permintaan pertemananku di fesbuk tapi tetap saja tak dihiraukan. Dan betapa kecewanya aku saat tau si Sentot baru kemarin nge-add para penulisnya antalogi 'Cerita Kita di Kota Kata' tapi langsung dikonfirmasi. Lah sementara aku ndak dihiraukan sama sekali hingga saat ini. Padahal aku juga kepingin belajar menulis dan menjadi penulis dari mereka," lanjut Dukipo.
Sejatinya Dulkemen tak berminat menanggapi curhatan Dulkipo. Berhubung yang dibahas shabatnya itu adalah tentang dunia tulis-menulis--yang kebetulan ia gemari. Maka tanpa sadar ia tertarik juga untuk menanggapinya.
"Po, Kipo. Aku saja kalau bukan temanmu di dunia nyata, ndak bakalan kamu dulu aku konfirmasi permintaan pertemananmu kok."
"Loh! kok bisa?" kening Dulkipo mengkerut, matanya nyundeng fokus pada orang yang ada di depannya itu.
"Ya iyalah. Masa' akun fesbuk kok ya namanya 'Dduueell cclalu pingiiien dicaianng' ...!"
"Loh, memangnya kenapa kalo kutulis begitu? orang ndak merugikan siapapun kok. Itu fesbuk juga punyaku sendiri. Yo sak karepku lah."
"Kalo gitu ya jangan salahin penulisnya kalau kamu ndak dikonfirmasi pertemanan."
"Emang hubungannya apa Men sama akun fesbuk?"