Mohon tunggu...
Muhammad Anis
Muhammad Anis Mohon Tunggu... Dosen - Ilmu adalah Harta Teragung {Sayidina Ali bin Abi Thalib}

Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Musim Semi Amerika

1 Mei 2024   18:14 Diperbarui: 1 Mei 2024   18:25 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sebagian orang mempertanyakan dan meragukan bahwa untuk apa kita melakukan demonstrasi pada Hari Al-Quds di setiap Jum'at terakhir di bulan Ramadhan, mengapa Imam Khomeini mencanangkan Hari Al-Quds tersebut, dan bagaimana mungkin teriakan-teriakan sekelompok kecil orang bisa melawan kedigdayaan Israel.

Namun, di tengah berkecamuknya keraguan semacam itu, Imam Khomeini justru percaya bahwa demonstrasi yang dibangkitkan oleh kaum Muslim pada Hari Al-Quds akan menjadi awal untuk menghentikan kejahatan Israel dan para pendukungnya. Beliau juga berpesan, "Jangan pernah menyerah. Karena, terkadang hal-hal besar mesti dilakukan secara perlahan."

Rasanya nyaris tak percaya ketika menyaksikan fenomena di Amerika dan Eropa saat ini. Masyarakat mereka turun ke jalan untuk berdemonstrasi membela Palestina. Bahkan, masyarakat di belahan dunia lainnya juga turut berbondong-bondong membela Palestina.

Khususnya, para mahasiswa di berbagai penjuru Amerika. Mereka beramai-ramai membangun tenda-tenda solidaritas bagi rakyat Palestina. Mereka tidak gentar dengan kebrutalan dan penangkapan oleh pihak keamanan. Bahkan mereka pun tak bergeming dengan ancaman skorsing dan pemecatan oleh pihak kampus. Mereka tetap teguh berkemah di lapangan kampus, dan jumlah mereka pun semakin banyak. Mereka tidak peduli terhadap sanksi yang menimpa mereka, dan malah menganggapnya sebagai kehormatan tertinggi demi Gaza.

Fenomena ini tentu saja mengagetkan pemerintah Amerika, disebabkan oleh pergeseran pola pikir generasi muda mereka yang nantinya akan menggantikan posisi mereka di masa depan. Ini juga merupakan pukulan telak bagi kekuatan lobi Zionis di Amerika, yang tidak lagi berpengaruh bagi publik negeri tersebut. Selain itu, kepanikan dan kebrutalan yang ditampilkan oleh penguasa dan aparat secara otomatis justru menelanjangi kebohongan dan standar ganda Amerika terkait isu demokrasi, kebebasan, dan HAM.

Dunia kini telah terbalik. Hizbullah yang dulu disebut-sebut sebagai teroris, sekarang justru benderanya dikibarkan di jalan dan kampus Amerika. Iran yang dulu dicemooh sebagai pendukung terorisme, karena teguh dalam membela Palestina, kini justru dielu-elukan oleh dunia. Bahkan, foto Sayid Ali Khamenei dan bendera Iran terpampang di tembok depan gedung Kongres Amerika, di tengah teriakan para demonstran. Palestina yang dulu tidak dilirik, saat ini justru dibela mati-matian oleh publik Barat. Yaman yang dulu diremehkan, kini justru dipuji-puji sebagai macan laut yang membuat para pendukung Israel merinding dan tak berdaya.

Opini dunia pun telah bergeser. Israel dan para pendukungnya telah terkucil di pojok sejarah. Yang mana, semua ini berawal dari seruan Hari Al-Quds oleh Imam Khomeini puluhan tahun yang lalu, yang seolah sederhana dan mustahil. Namun, sekarang kita tahu betapa penting dan logisnya seruan tersebut, yang berujung pada peristiwa besar musim semi di Amerika dan Eropa saat ini.

Wallahu 'Alam,
M. Anis Mulachela
(1 Mei 2024)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun