Mohon tunggu...
Ahmad Irfan Maulana Syh
Ahmad Irfan Maulana Syh Mohon Tunggu... -

Sing penting Oyeg

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Rasa

17 September 2010   02:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejauh ini, pelbagai persoalan kerap menjadi momok yang kian akrab untuk dihadapi serta diselesaikan, mulai dari persoalan moral, Agama, hingga ekonomi. Semua persoalan akan dengan setia menghadang serta menerkam kita dimanapun berada, apalagi dalam era yang sudah Global sekarang ini.

Kita kadang lupa akan sikap kita sendiri, dan bingung harus bagaimana menyikapi banyaknya persoalan yang kerap ada ditengah-tengah kita. Terkadang juga entah harus darimana untuk bersikap, karena jika tidak bersikap hal tersebut merupakan tingkatan iman yang paling rendah. Untuk bersikap pula tantangan datang silih berganti, mulai dari diri lingkungan kita hingga paradigma yang ada dalam masyarakat.

Masyarakat sudah terbentuk alam pikirannya menjadi orang yang ingin selalu benar, dan mungkin tak akan pernah salah. Sayalah yang paling benar, dan semua yang ada itu salah serta melenceng dari yang ia yakini. Alangkah indahnya jika kita duduk bareng dan saling mendengarkan satu sama lainnya.

Mengajak merenung sejenak akan sikap kita, dikisahkan dalam sebuah cerita, bahwa para Setan resah dengan adanya Dispensasi dari Tuhan, dimana Tuhan memberikan keringanan atau ampunan kepada semua hambanya jika hamba tersebut "Menyesal" (beristighfar) atas segala apa yang telah ia perbuat. Melihat hal tersebut para Setan membentuk sebuah Komite Musyawarah Akbar Setan seluruh Dunia untuk mendiskusikan Rahmat Tuhan tersebut.

Selang beberapa lama, akhirnya Musyawarah Akbar dapat diselenggarakan, dimana agenda utama dalam Musyawarah tersebut membahas serta mencari solusi untuk tetap bergerak menggoda para manusia. Menurut para setan, mereka akan sia-sia menggoda manusia untuk selalu berbuat kemungkaran jika Tuhan setelah itu mengampuninya. Percuma saja menggoda, toh hasilnya sudah kelihatan, keluh salah satu setan dalam Musyawarah tersebut.

Singkat cerita, musyawarah semakin memanas, dan hampir saja para setan putus asa bagaimana menyikapi "Remisi" Tuhan tersebut, hingga akhirnya datanglah Setan yang sangat jenius sekali memberikan usulan cerdasnya. "Mengapa kita harus susah-susah memikirkan remisi Tuhan yang diberikan kepada manusia? sampai kapanpun remisi itu akan tetap berlaku, tinggal sekarang bagaimana membuat manusia tidak akan pernah merasa bersalah, dan ahirnya manusia merasa dirinya paling benar sendiri, gitu aja koq repot?" Paparan tersebut sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh para anggota musyawarah yang lainnya, akhirnya para setan menerima dengan aklamasi hasil usulan tersebut.

Kita jika sudah merasa paling benar akan dengan mudah memandang rendah orang lain, pendapat sayalah yang paling benar, anaa khoirumminhum (saya lebih baik dari dia), dan sebagainya merupakan pemicu dari carut marutnya persoalan yang semakin susah diselesaikan, hingga nantinya berujung tidak akan/mau beristighfar (menyesal).

Marilah menyesal akan segala sikap kita.

Purwokerto, Refleksi pagi hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun