Secara bidang ekonomi dan politik mempunyai perbedaan yang cukup ketara alias signifikan alias jauh bangeet. Politik dekat dengan hukum, pasal, ayat, pengacara, sidang, yang bertujuan meraih kekuasaan. Namun ekonomi lebih dekat dengan angka, jualan, meeting, shopping dan semua yang berbau uang. Namun intinya semuanya adalah ilmu yang paling laku dinegri ini. Liat saja dari kampus gede sampai kampus mungil semuanya berlomba-lomba membuka fakultas hukum dan ekonomi. Karena emang dua fakultas itu yang paling banyak peminatnya.Dan Karena memang peluang kerja dibidang ini lebih menjanjikan. Namun selain hal diatas masih banyak persamaan lain terkait politik dan ekonomi. Berikut beberapa persamaan yang dirangkum penulis berdasarkan analisis pribadi:
- Orang ekonomi dan politik sama-sama pinter ngomong. Mungkin inilah alasan utama jurusan hukum dan ekonomi laku keras dinegri ini, kerjaannya Cuma ngomong doang, tapi pendapatannya paling gede. Maka tak heran banyak dari para professor dibidang sains di Indonesia beralih profesi menjadi politikus atau ekonomikus demi jabatan yang lebih tinggi.
- Ekonomi dan Politik sama-sama berniat mesejahterakan. Niatnya bisa luas, bisa untuk diri sendiri, keluarga, golongan, perusahaan atau untuk semua rakyat Indonesia. Inget lagunya slank yang bilang UUD itu Ujung-Ujungnya Duit. Politik tak bisa jalan bila tak ada uang, begitu pula ekonomi, usaha tak akan lancar tanpa political will yang mensupport. Dengan basic “pinter ngomong” sepertipersamaan diataslah lahir konsep lobi-lobian yang mirip kayak tawar menawar dipasar.
- Ekonomi dan Politik sama-sama maju bila jumlahnya sedikit. Analogikan politik seperti partai dan ekonomi seperti bank. dinegara maju, rata-rata partai politik dan banknya sedikit. Tapi gede-gede. Amerika Cuma 2 partai, indonesia dulu pernah punya 33 partai, hampir sama dengan jumlah provinsi. Banyaknya partai justru membuat masyarakat bingung.Sama dengan ekonomi, Indonesia kalo pengen maju banknya harus disedikitkan, baik melalui merger atau akuisisi, seperti bank mandiri yang merupakan gabungan 4 bank. Bank syariah, kalo pengen market sharenya meningkat, harus berani untuk merger. Apalagi ditengah arus globalisasi, AFTA yang semakin membuka lebar pintu masuknya bank-bank asing yang besar di Indonesia.
Mungkin itulah persamaan yang bisa saya jelaskan dulu disini, untuk catatan semua hal diatas hanyalah asusmi pribadi, berdasarkan pengalaman dan renungan disore hari. silahkan anda menilai dengan pengalaman dan pengamatan dilapangan. Harapannya semoga bisa menjadi sumber inspirasi dan tetap jauhi korupsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H