Mohon tunggu...
Maudy Sugianingrum
Maudy Sugianingrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang manusia yang suka nulis sesuka hati

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Memahami Pentingnya Bahasa Isyarat: Kunci Menuju Masyarakat yang Inklusif

19 Juni 2024   06:41 Diperbarui: 19 Juni 2024   07:46 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Komunitas tuli merupakan kelompok atau individu dengan keterbatasan pendengaran yang menggunakan bahasa isyarat sebagai alat komunikasi sehari-hari. Bagi komunitas ini, inklusivitas sangat penting untuk mendapatkan penerimaan dan kesempatan yang setara dalam berbagai aspek seperti aspek pendidikan, sosial, dan pekerjaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Meskipun komunitas tuli memiliki bakat dan potensi seperti individu lain, mereka sering kali menghadapi stigma dan stereotip negatif karena dianggap kurang kompeten sehingga menghambat inklusif mereka dalam bermasyarakat. 

Stigma dan stereotip merupakan dua konsep yang digunakan untuk menjelaskan prasangka yang dapat terbentuk terhadap suatu individu atau komunitas tertentu. Stigma sendiri adalah tanda negatif yang diberikan kepada individu atau kelompok yang dianggap menyimpang atau kurang diinginkan oleh masyarakat, sedangkan stereotip adalah anggapan yang berlebihan dan seringkali tidak akurat tentang karakteristik, perilaku, atau kemampuan individu atau kelompok tertentu. Stigma seringkali diperkuat oleh stereotip yang dapat mempengaruhi pandangan masyarakat karena mereka membentuk persepsi yang keliru. Ketika masyarakat terus-menerus mendapatkan informasi yang salah mengenai komunitas tuli maka dapat membentuk sikap dan tindakan yang negatif mengenai komunitas tuli dalam bermasyarakat, yang pada akhirnya dapat menghambat lingkungan yang inklusif dan adil.

Munculnya stigma dan strereotip karena persepsi yang salah dalam masyarakat tentang komunitas tuli disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap komunitas tuli dan bahasa isyarat. Hal tersebut dapat muncul ketika masyarakat miskonsepsi tentang kemampuan komunikasi kelompok atau individu tuli karena mereka menganggap individu atau kelompk tuli sebagai komunitas yang tidak bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan baik. Ketika masyarakat kurang diberi pengetahuan atau informasi, mereka cenderung mengandalkan asumsi dan stereotip yang tidak benar. selain itu, beberapa orang menganggap keliru bahwa ketulian berhubungan dengan kecerdasan, padahal ketulian hanya mempengaruhi pendengaran bukan kemampuan kognitif. 

Selanjutnya, pengaruh media seringkali memainkan peran dalam membentuk pandangan masyarakat tentang komunitas tuli karena bahasa isyarat seringkali kurang terwakili dalam film, acara tv dan media lainnya. Yang terakhir yaitu minimnya pendidikan formal yang mengajarkan bahasa isyarat karena dengan mempelajari bahasa isyarat, siswa dan staf dapat berkomunikasi dengan lebih baik dengan teman-teman yang memiliki keterbatasan pendengaran sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif serta dapat menghilangkan stigma dan stereotip tentang komunitas tuli.

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu stigma dan stereotip negatif berpengaruh pada komunitas tuli karena mereka memperkuat pandangan yang salah dan diskriminatif terhadap individu tuli, menghambat kesempatan mereka untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang tuli dan bahasa isyarat menyebabkan isolasi sosial, diskriminasi dalam pendidikan dan pekerjaan, serta masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi stigma dan stereotip ini melalui edukasi, peningkatan kesadaran, dan promosi inklusivitas untuk menciptakan lingkungan yang adil dan ramah bagi semua orang, termasuk komunitas tuli.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun