Â
JANUARI 2016 disambut berita menggemparkan tentang aksi teror bom di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Berita itu membuat gaduh media sosial seperti Twitter dan Facebook seakan-akan memindahkan percakapan di dunia nyata dalam kotak-kotak diskusi digital yang cepat, mudah dilihat dan merangkum banyak opini. Saat peristiwa itu terjadi, Twitter misalnya, menjadi linimasa yang macet dan riuh oleh retweet-retweet serta ekspresi yang campur aduk. Ada yang berduka, berdoa, memberikan kritik, memberikan informasi bahkan sampai menyampaikan rumor-rumor keberadaan bom susulan yang ternyata hanya hoax semata.
Penting memaknai peristiwa teror bom kemarin sebagai salah satu contoh kenapa pentingnya sebuah tatanan edukasi online yang baik untuk dikenyam terutama saat era digital sudah bukan hanya dijadikan pilihan melainkan kebutuhan. Sebagai era yang diwakili telepon genggam pintar, internet berkecepatan lumayan tinggi dan akses-akses menuju informasi yang tak berbatas, ketika sebuah peristiwa besar atau setidaknya perbincangan hebat terjadi dalam dunia sosial di internet, maka peranan edukasi online mendidik kita untuk tahu cara menyikapinya dengan baik tanpa bermaksud malah semakin mencaurkan suasana.
Misalnya saja soal isu copy-paste dan valid tidaknya suatu informasi. Dua hal ini bisa menjadi biang keributan karena copy-paste adalah kelancangan memakai konten orang lain tanpa izin sementara valid-non validnya suatu informasi bisa menularkan persepsi yang salah kepada orang lain yang melihatnya. Contoh nyatanya adalah yang terjadi pada peristiwa bom Sarinah kemarin. Orang-orang yang menulis tweet (atau me-retweet) tentang kabar bom
susulan di beberapa daerah yang ternyata hanyalah kabar hoax. Ini adalah contoh bagaimana pengecekan valid-tidak validnya suatu informasi sangat penting, setidaknya menuntut kita untuk berpikir dan jangan gegabah dulu untuk menyebarkannya.
Karena dunia internet sudah seperti dunia kedua setelah dunia nyata, memanfaatkannya secara sembarangan bukan saja merugikan diri sendiri namun juga orang lain. Apalagi sekarang internet sudah diimprovisasi perannya sebagai media pendidikan yang menguntungkan di negara-negara maju, tentu Indonesia harusnya tak ketinggalan dalam pemanfaatannya juga.
Bisa dibilang internet sekarang adalah guru baru bagi pelajar atau malah seluruh bagian masyarakat Indonesia. Informasi yang kita ingin dapatkan semudah jentikan jari saja ; tinggal mengetik kata di Google dan muncullah banyak halaman dan situs untuk mencari tahu detil informasi yang kita inginkan.
Dari pola yang sering saya lakukan sendiri, biasanya saat saya mencari informasi tentang sesuatu hal, saya akan mengetik keyword-nya di Google, mengunjungi Wikipedia sebagai halaman informasi yang umum dan bersifat ringkasan sebelum akhirnya mendatangi halaman situs-situs lain untuk mencari persepsi-persepsi lain seputar topik yang saya cari. Bila belum cukup, ada Youtube yang mampu memperlihatkan visualisasi informasi dengan
lebih nyata atau kalau juga belum puas, beberapa forum menyiapkan diskusi terbuka untuk mempertanyakan kebenaran atau kepastian informasi yang kita akses.
Disinilah terlihat betapa menguntungkan tinggal di era digital ketika internet bisa menjadi tempat menuntaskan rasa penasaran akan pertanyaan-pertanyaan baru atau setidaknya sebagai wadah menampung diskusi dan memperbanyak persepsi. Media yang efisien dan gratis ini jugalah yang harusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat Indonesia : baik pelajar-mahasiswa dan guru-guru yang berperan vital dalam institusi pendidikan. Di sekolah-sekolah, internet seharusnya sudah menjadi jembatan komunikasi antara guru dan murid dimana guru bisa memperkaya materi belajarnya juga mengajarkan murid-muridnya untuk tahu bagaimana aktif mencari informasi yang baik dan valid lewat internet. Pasif dan ketidakmampuan pendidik di Indonesia memanfaatkan internet sebenarnya adalah gambaran Indonesia yang tertinggal dari negara-negara maju karena pada praktiknya, negara-negara tersebut sudah merangkul teknologi internet sebagai teman dan pendukung materi pelajaran.
Yang juga ingin saya soroti disini adalah pemanfaatan edukasi online bagi mereka yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi seperti universitas. Mungkin saja karena faktor tidak ada biaya atau kesibukan mengikuti aturan kampus yang mengharuskan tatap muka secara rutin, pendidikan di kampus menjadi sesuatu yang sulit untuk didapatkan.