Mohon tunggu...
Mauditia Hasanah
Mauditia Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Kerajinan Gerabah yang Tetap Diminati di Era Modern

19 Januari 2023   13:20 Diperbarui: 19 Januari 2023   15:27 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Kerajinan Gerabah/Dokumentasi pribadi

Gerabah, mungkin dari kita sudah tidak asing lagi ketika mendengar kata tersebut, gerabah dikenal sebagai kerajinan yang berbahan dasar tanah liat. Gerabah ini merupakan warisan dari leluhur Kerajaan Majapahit yang kini berkembang pesat di daerah CirebonSelain di Cirebon, gerabah juga terkenal di Yogyakarta, Pekalongan dan Bali. Kerajinan gerabah menjadi salah satu mata pencaharian di Kabupaten Cirebon, khususnya di Kecamatan Jamblang, Desa Sitiwinangun. Desa ini dikenal dengan pemanfaatan tanah liatnya sebagai ladang perekonomian untuk para warganya. Banyaknya lahan pesawahan memudahkan para pengrajin untuk memperoleh bahan baku tanah liat.

Koleksi Kerajinan Gerabah/Dokumentasi pribadi
Koleksi Kerajinan Gerabah/Dokumentasi pribadi

Salah satu pengerajin gerabah yang masih bertahan adalah bapak Kadmiya di Desa Sitiwinangun sejak tahun 2009. Bapak Kadmiya dibantu oleh dua orang karyawannya dalam memproduksi gerabah. Kerajinan gerabah yang diproduksi antara lain pot, vas bunga, guci, celengan, peralatan dapur, topeng, miniatur, serta patung. Gerabah diproduksi setiap hari untuk kebutuhan stok di toko yang di beri nama “Kadmiya Craft” miliknya. Bapak Kadmiya selalu mengutamakan kepuasan pelanggannya dengan membuat sample dari produk yang diinginkan terlebih dahulu, sebelum akhirnya disetujui oleh konsumennya. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan gerabah ini yaitu tanah liat sebagai bahan utama, pasir, air, dan cat. Beliau menerangkan bahwa proses pembuatan gerabah ini menggunakan tiga teknik, yaitu teknik putar, terknik cetak dan teknik langsung. Ketiga teknik ini memiliki cara yang berbeda dalam proses pengerjaannya, yaitu teknik putar menggunakan alat bernama gembas yang diputar secara manual, teknik cetak menggunakan alat yang terbuat dari gipsun sebagai cetakan tanah liat, dan teknik langsung dilakukan secara langsung tanpa menggunakan alat. Terdapat dua metode untuk proses pengeringan gerabah yang sudah dibentuk yaitu dengan metode penjemuran melalui sinar matahari dan metode pembakaran. Adapun metode penjemuran dilakukan untuk gerabah yang berukuran kecil seperti topeng dan miniatur kecil dan metode pembakaran dilakukan untuk gerabah yang berukuran besar seperti guci, pot, celengan dan lain-lain.

Proses Pembakaran Gerabah/Dokumentasi pribadi
Proses Pembakaran Gerabah/Dokumentasi pribadi

Meski terkesan kuno, kerajinan gerabah ini mampu bersaing dengan barang-barang modern saat ini, dan kerajinan ini juga bisa tetap dinikmati oleh semua kalangan sebagai salah satu kerajinan tradisional budaya Indonesia. Dengan keunikan dan ciri khas kerajinan ini yaitu dari bahan dan alat-alat sederhananya. Beliau selalu memperhatikan hasil gerabahnya dari berbagai aspek baik dalam sisi sejarah ataupun adat istiadat dengan tidak mengurangi nilai-nilai tradisional dari kerajinan ini. Kerajinan gerabah memiliki harga yang bervariasi tergantung dari jenis, ukuran dan. tingkat kesulitan produk. Kerajinan gerabah ini merupakan usaha yang cukup menjanjikan dimana peminat kerajinan gerabah ini bukan hanya sama dengan beberapa perusahaan rotan, sehingga ia mampu menjual kerajinan sebagian warga sekitar saja, melainkan dari berbagai daerah di Indonesia. Kerajinan gerabah ini juga dipasarkan sampai ke luar negeri. Selain itu Bapak Kadmiya juga bekerja gerabah yang dipdukan dengan Rottan ke pasar Australia dan Kanada. Sayangnya kerajinan gerabah ini kurang diperhatikan oleh pemerintah, sehingga banyak pengarajin yang gulung tikar. Untuk itu agar kerajinan gerabah tetap bertahan diperlukan perhatian dari peemrintah berupa kemudahan penambahan modal, atau dibantu untuk melakukan promosi, sehingga para pengrajin gerabah tetap dapat melestarikan salah satu peninggalan dari leluhur yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.


Oleh:
Ario Purdianto. S, E. M, M. Ak. CA
Ahmad Abel Faruq                       121020406
Anita                                                  121020438
Dani Septiani                                 121020455
Fahmi Faturrohman                   121020405
Hanna Nurhaliza                          121020449
Hariz Athhar Sutanto                 121020437
Hasanah Khalaidah                     121020431
Icha Dinda Lestari Oktavani    121020427
Karoma Nur Imaya                      121020422
Mauditia Hasanah                       121020447
Nisa Aprilisa                                  121020439
Umiyaroh                                        121020460


Dosen&Mahasiswa, Prodi Manajemen FEB UGJ

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun