Assalamualaikum sahabat...
   Sebagian dari kita yang memiliki inisiatif untuk menanamkan ilmu agama sejak dini kepada sanak saudara ataupun kepada anak kita akan dibuat semakin resah oleh zaman yang serba canggih seperti sekarang ini. Oleh karena itu, tak berlebihan kiranya jika pemikiran kita mendarat pada pondok pesantren yang insyaallah dapat menjadi jawaban dari segala keresahan yang menerpa.
  Pesantren dinilai mampu menjadikan generasi muda menjadi lebih inspiratif dan kreatif, serta memajukan pola pikir meskipun tak dipungkiri masih memiliki kecenderungan beberapa hal yang signifikan. Yang perlu ditekankan disini adalah cara orang tua dalam memberikan pengertian bahwa pesantren itu adalah lembaga yang baik dan memberikan pendidikan secara langsung dan tepat sasaran. Sayangnya, mayoritas dari kita secara tidak sadar memojokkan anak dengan kata-kata yang kurang membangun semangatnya, seperti " kalau nggak mondok, besok nggak punya teman" atau " kalau nggak mondok gak ada peluang masuk surga" dan lain-lain. Jangan pernah mengajari anak untuk menjadi takut melakukan sesuatu, jika ingin melarang atau menyuruh anak melakukan sesuatu, maka berikanlah kata atau contoh yang positif, jangan menggunakan kata yang salah yang justru akan membuat anak takut dan enggan melakukannya.
  Perlu diingat dan diketahui bahwa peraturan yang telah ditetapkan di pesantren adalah murni keputusan dari pengasuh, bukan dari pengurus. Jadi jika kita khususnya ibu atau para wali santri memprotes pengurus dengan berkoar-koar menyalahkan dan memojokkan pada pengurus, maka anda salah. Dan lagi, tidak akan ada santri yang dihukum, jika tidak melakukan sebuah kesalahan. Stop menyalahkan pengurus bidang apapun jika memang kita masih menyadari kenakalan dan kekurangan anak kita dalam memahami ilmu dan adabnya. Ada kebiasaan yang harus dihapus ketika anak sudah menginjak dewasa, yaitu jangan pernah membela jika anak melakukan kesalahan. Anak yang terus mendapatkan dukungan ketika ia salah, maka sampai kapanpun ia tidak akan mengetahui jika dirinya bersalah. Jangan memiliki kebiasaan demikian, karena dikemudian hari anak akan merasa rugi dan kecewa jika suatu hari tidak ada yang membelanya.Â
"Mari nyantri!"
"Kalau mondokke anak, hati orang tuanya juga harus ikut mondok, apalagi hati ibunya. Ibu juga harus ikut nirakati atau Riyadhoh" Dawuhipun Mbah Mahrus Ali Lirboyo.
 " Kesuksesan tanpa kerja keras kui Ming omong kosong " Dawuhipun Agus KH Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar.
Dengan nyantri penuh semangat, murojaah dan mutholaah dengan giat, paling tidak santri sudah menjalankan kewajibannya dan telah andil dalam meluhurkan agama Allah.Â
"Konsekuensi terberat dari sebuah pertemuan adalah rasa nyaman, dan itu terjadi padaku, dan pondokku" MatusBest.
   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H