Saya penikmat musik, lintas genre. Terlalu membosankan di waktu hidup yang singkat ini hanya mendengarkan pop saja, atau dangdut, rock, metal, sholawat, dan sebagainya. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendengarkan musik tanpa melakukan aktivitas lain. Biasanya saya lakukan saat akhir pekan, random saja melalui youtube (karena bisa sambil baca lirik).
Saya sendiri bukan tipikal orang yang membuat playlist musik di aplikasi streaming, karena saya mencintai element of suprise (atau terprogram) yang disajikan oleh youtube atau spotify. Alasan yang sama kenapa saya masih mencintai radio sampai saat ini dan banyak hafal frekuensi, nama radio, nama program, bahkan tagline dari tiap radio di Bandar Lampung.
Laiknya industri hiburan lain, pelaku musik juga melakukan evolusi dalam penyajian karyanya demi memuaskan dahaga pendengarnya. Kualitas suara yang ditampilkan semakin hari makin baik, bitrate pun makin tinggi. Kalau di video ada 8K, audio punya 24bit/192kHz yang menjadi standar tertingginya. cmiiw.
Meskipun begitu, kualitas audio yang tinggi tidak menjamin tingginya penikmat audio tersebut. Bisa karena the law of diminishing marginal utility, tidak tersedianya device yang kompatibel, sejarah yang berulang atau karena faktor lain.
Hal tersebut yang sedikit banyak memengaruhi maraknya tren musik lo-fi alias penikmat "musik belum jadi" karena disinyalir membuat lebih rileks dan santai. Tren ini berbanding terbalik dengan industri musik yang selalu berusaha menyajikan audio terbaik karena pada musik low fidelity kualitas suara yang disajikan lebih rendah dari musik pada umumnya.
Ada pula 8D Audio (ambisonic), yaitu cara menikmati musik yang mirip seperti cara kerja telinga untuk menerima suara pada umumnya. Mirip seperti camera 360 derajat, hanya saja ini terjadi di telinga.
Untuk pecinta suara seperti saya, ini pengalaman yang menyenangkan ketika mendengarkan musik tak lagi monoton. Kita dibuat ketagihan dan diajak berwisata suara saat mendengarnya. Sangat menghibur, terlebih disaat wisata sesungguhnya terhalang corona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H