sumber gambar: thecloudsproject.blogspot.com
Siapa yang tidak kenal Raditya Dika, penulis sekaligus salah satu ikon dari StandUpComedy di Indonesia? Siapa juga yang tidak mengenal Pandji Pragiwaksono, salah satu comic (sebutan bagi orang yang melakukan StandUpComedy) sukses Indonesia dengan #riffing nya? Atau Soleh Solihun, Adjis Doa Ibu, dan banyak lainnya. Mereka semua adalah salah satu bukti riil bahwa humor bisa diuangkan.
Terlepas dari kontroversi yang ada, kesuksesan mereka mungkin salah satu faktor lahirnya banyak Komunitas StandUpComedy di berbagai belahan daerah di Indonesia. Fenomena ini agaknya yang membuat saya tertarik untuk menyelediki apa yang sebenernya terjadi dalam dunia StandUpComedy Indonesia.
Komunitas StandUpComedy pertama kali diprakarsai oleh Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy yang merasa bahwa mereka membutuhkan wadah sebagai media mereka berlatih dalam menghadapi Audisi StandUpComedy Indonesia yang diselenggarakan oleh Kompas TV. Berawal dari pertemanan di jejaring sosial akhirnya mereka melibatkan "senior" Pandji dan Dika dan seorang penulis humor Isman H. Suryaman untuk mendirikan komunitas ini.
Seiring dengan semakin berkembangnya komunitas ini, banyak berlahiran Komunitas StandUpComedy lainnya di daerah-daerah. Karena masih baru dan belum memiliki pengalaman comic yang bepengalaman, komunitas StandUpComedy di daerah-daerah ini sering mengadakan acara #OpenMic sebagai ajang latihan untuk menjadi Comic Profesional. #OpenMic sendiri merupakan ajang penyampaian materi dari seorang yang ingin mengetes materi yang mereka miliki.
Dalam penyampaian materi, banyak comic yang sering ngebom alias tidak lucu ketika menyampaikan materi, dan tidak sedikit yang langsung pecah alias langsung membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Penyampaian materi ini biasa dilakukan di kafe-kafe yang ramai didatangi pengunjung, yang secara tidak langsung menjadi daya tarik kafe itu untuk menarik pengunjung. Setelah penyampaian materi, biasanya para penikmat StandUpComedy ini langsung dievalusi oleh komunitas itu sendiri untuk dilakukan pembenahan pada #OpenMic selanjutnya.
Secara tidak langsung, aktivitas yang kerap dilakukan berulang-ulang ini memberi efek pada peningkatan kepercayaan diri dan tentu saja meningkatkan keterampilan dalam ber-retorika. Karena pada dasarnya, retorika adalah seni dalam berbicara yang akan semakin baik bila terus diasah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H