Memasuki era modern dan digitalisasi, tentunya industri entertainment juga berkembang dan menjadi lebih modern. Salah satu produk dari industri entertainment memasuki era modern adalah permainan-permainan digital atau games. Permainan-permainan ini menjadi sebuah penemuan yang terus berkembang dan semakin menarik niat dari banyak orang yang berminat dalam main games. Salah satu sub-genre yang paling diminati, terutama oleh generasi muda adalah genre First-Person Shooter.Â
First-Person Shooter sendiri merupakan salah satu genre terpopuler, terutama di kalangan generasi muda, dan faktanya bahwa 94.5% dari semua pengguna internet di Indonesia yang berumur 16 hingga 64 memainkan video game (https://databoks.katadata.co.id/) lebih memperdalam bahwa First-Person Shooter tentunya memiliki banyak minat. Walaupun popularitas yang tinggi, Saya merasa bahwa permainan FPS memberikan dampak yang negatif dalam pengambilan keputusan, terutama bagi orang muda.
Meskipun permainan FPS dapat menghibur dan menegangkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa permainan ini dapat memiliki dampak negatif pada pengambilan keputusan orang muda. Popularitasnya yang tinggi, terutama di kalangan orang muda, menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap pengambilan keputusan. Beberapa argumen menunjukkan bahwa permainan FPS dapat melatih kemampuan pengambilan keputusan cepat dan tepat, karena pemain harus bereaksi secara instan terhadap situasi yang berubah dengan cepat.Â
Namun, kekhawatiran juga muncul terkait dengan potensi dampak negatifnya. Kekerasan yang digambarkan dalam permainan FPS dapat memicu desensitisasi terhadap kekerasan dan memicu perilaku agresif. Selain itu, fokus pada kecepatan dan akurasi dalam permainan FPS dapat membawa ke kebiasaan pengambilan keputusan yang impulsif dan ceroboh di dunia nyata.
Permainan "First Person Shooter" (FPS) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia hiburan modern, khususnya bagi generasi muda. Meskipun menawarkan kesenangan dan sensasi, pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan mereka patut ditelaah lebih lanjut. Penelitian menunjukkan bahwa paparan berlebihan terhadap FPS dapat meningkatkan impulsivitas, agresivitas, dan desensitisasi terhadap kekerasan. Hal ini dapat berdampak negatif pada kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab dalam kehidupan nyata.Â
Oleh karena itu, penting bagi orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang sehat bagi generasi muda. Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi waktu bermain FPS, mendorong aktivitas alternatif yang positif, dan meningkatkan edukasi terkait dampak negatifnya. Dengan demikian, generasi muda dapat menikmati manfaat hiburan digital tanpa terjerumus dalam konsekuensi negatif yang dapat memengaruhi masa depan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H