Mohon tunggu...
Matthew Alexander
Matthew Alexander Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Kristen Indonesia

Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Kristen Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pengaruh Kekuatan Rusia dalam Post-Soviet States

11 Mei 2023   16:00 Diperbarui: 11 Mei 2023   16:01 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rusia atau pada jaman dahulu dikenal sebagai Uni Soviet dikenal sebagai negara adidaya yang sangat kuat, mengapa tidak? Faktanya, Uni Soviet memiliki rudal paling banyak diantara negara-negara di dunia. Kekuatan Uni Soviet juga memiliki tentara dan kendaraan tempur militer terbanyak, mulai dari darat, laut, dan udara. Faktanya, tidak hanya ada orang Rusia saja di Uni Soviet, ada orang Ukraina, Belarusia, Georgia, Armenia, Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, dan dalam Rusia sendiri, masih banyak etnis-etnis kecil seperti Chechnya, Komi, Tatar, Udmurt, Mari, Sakha, Evenk, Chukchi, dan masih banyak etnis kecil lainnya. Jadi, faktanya, tentara Uni Soviet sebenarnya menjadi sebuah melting pot bagi beberapa etnis yang bercampur.

Ketika perang dunia kedua, rakyat Uni Soviet dari berbagai etnis bersatu untuk melawan musuh mereka, banyak tentara Uni Soviet yang berasal dari pegunungan Kaukasia, orang Turki dari Asia Tengah, orang Mongol dari Siberia dan Timur Jauh. Namun, kuatnya, beragam etnis yang ada dalam tentara Uni Soviet, dan dengan Uni Soviet sebagai State of Propaganda membuat Uni Soviet sebagai pemenang perang dunia kedua ketika bendera Uni Soviet berkibar di atas Reichstag, Berlin, pada 9 Mei 1945.  

Uni Soviet yang muncul sebagai pemenang perang mengkhawatirkan Amerika Serikat karena ada pertentangan perbedaan ideologi, antara Liberalis dan Marxisme / Sosialis. Uni Soviet mulai menyebarkan Ideologinya ke Eropa dan Asia, negara tetangganya yang jatuh ke paham komunis seperti Rumania, Hongaria, Cekoslovakia, dan Polandia. Jerman Timur diberikan kepada Uni Soviet sebagai negara boneka, tiga negara tetangga lainnya seperti Estonia, Latvia, dan Lithuania di lebur kedalam Uni Soviet, namun masih di berikan otonomi daerah. Negara lain seperti Yugoslavia dan Albania masih dalam paham komunis, namun berbeda pendapat dengan Uni Soviet.

Selesainya perang dingin pada 1991, Uni Soviet terpecah menjadi negara-negara kecil dan kehilangan pendukungnya, diikuti Yugoslavia dan Cekoslovakia yang juga sudah tidak bersatu. Namun, Rusia tetap menjadi negara terkuat di seluruh Eropa dan Asia, namun, dampak terbesar yang ditinggalkan Rusia Sebagian besarnya ada di negara-negara Eropa Timur, salah satunya adalah monument-monumen perang dunia kedua, yang menghormati tentara-tentara Uni Soviet yang gugur dalam peperangan, patung-pattung bapak negara dan pahlawan sosialis seperti patung Vladimir Lenin, Karl Marx, Josef Stalin, dan patung presiden sosialis negara tersebut. Jaman sekarang sudah banyak patung-patung sosialis tersebut sudah dihilangkan, seiring masuknya liberalisme dan masuknya negara-negara seperti Polandia, Kroasia, Slovenia, dan Cekoslovakia ke dalam Uni Eropa. Peninggalan lainnya seperti bangunan-bangunan berarsitektur gaya sosialis-brutalis, mulai dari rumah susun, sekolah, rumah sakit, dan perkantoran, banyak dari bangunan ini masih ada, Sebagian besar sudah dimodernisasi, atau diruntuhkan. Hal ini membuktikan pengaruh Rusia dalam bidang arsitektur dan penataan kota pada negara-negara sosialis, selain pengaruh dalam bidang ideologi.

Sejak pecahnya Uni Soviet, Rusia bukan merupakan negara komunis Kembali, Rusia sempat menjadi negara yang demokratis di bawah pemerintahan Presiden Boris Yeltsin, namun, pada jaman ini pun peperangan sudah terjadi. Di pegunungan Kaukasia, pemberontak-pemberontak semi-radikal islam di Chechnya mulai memberontak, menginginkan Chechnya berdiri sebagai negara merdeka dan bebas dari Federasi Rusia, walaupun peperangan ini nantinya terbagi dua tahap, yang pertama pada 1994 -- 1996, dan yang kedua pada 1999 -- 2000, walaupun pemberontakan di Chechnya berlangsung sampai 2009. Namun kita lihat sendiri, dalam peperanagn Rusia dan Ukraina, Chechnya dibawah pimpinan Razman Kadyrov malah manjadi pendukung Rusia, dan banyak prajurit Chechnya yang ikut bertempur di Donbass dan Lugansk pada 2014, dan pada peperangan tahun 2022.

Sebelum pecahnya Uni Soviet, di bagian selatan, tepatnya Pegunungan Kaukasia, terjadi konflik antara etnis Armenia dan Azerbaijan, konflik antara etnis (dan kemungkinan agama) ini sudah terjadi sejak pembantaian orang Armenia oleh orang Turki dan Azerbaijan pada 1916, namun, di bawah kepemimpinan Uni Soviet, mereka hidup damai dan tenang, selama bertahun-tahun, hingga protes dari etnis Armenia pada 1988, selanjutnya, sepanjang tahun tersebut diisi oleh konflik mulai dari pembunuhan, pengusiran, dan pelecehan.

Konflik yang sama juga terjadi di Georgia, perang antara etnis dan ideologi yang bermula dari tahun 1992-1993 di Abkhazia, menyebabkan Georgia kehilangan kekuasaan atas Abkhazia. Konflik ini bermula dari etnis Abkhaz yang merasa didiskriminasi oleh orang-orang Georgia dan ingin membebaskan diri dari Georgia.

Pengaruh yang mau saya tekankan disini adalah bahwa Rusia sebenarnya mempunyai pengaruh yang baik, karena ketika kedua negara ini berada di bawah kepemimpinan Rusia, terbukti bahwa Rusia dapat mengurangi konflik yang terjadi. Uni Soviet dapat dikatakan sebagai sebuah negara pemimpin (aliansi pakta Warsawa) yang baik karena dapat mengontrol negara-negara bonekanya, walaupun dilakukan dengan cara soft power dan hard power, namun yang lebih hebatnya lagi, pemerintah Soviet dapat menutupi kejadian dan peristiwa pemberontakan yang terjadi agar tidak sampai kepada public secara luas, hal ini dilakukan agar public yang melihat hal tersebut tidak mendapatkan ide bahwa sebenarnya pemerintah Soviet kurang baik dalam mengatasi pemberontakan (misalnya di Afghanistan), namun, warga di negara pakta Warsawa dijatuhi dengan propaganda kemenangan Uni Soviet dan ideologi komunismenya yang sebenarnya tidak seindah yang pemerintah tunjukkan. Namun dalam hal ini, mereka semua tetap masih saya dapat tertipu dengan propagandanya yang membuktikan bahwa pengaruh Rusia yang besar berada di propaganda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun