China sangat dipengaruhi oleh agenda-agenda politik dari golongan tertentu. Dilansir dari CNN Indonesia Film dijadikan senjata utama dalam menyusupkan ideologi-ideologi seperti konten anti-komunis, anti-soviet, anti hak asasi manusia hingga dianggap menyebarkan imperialisme, rasisme dan feodalisme. Hal tersebut mendapat banyak respon masyarakat Cina, hingga dijadikan sebuah film berjudul The Life of Wu Xun (1951) yang memperlihatkan supremasi politik terhadap industri film
Pada tahun 50an industri perfilmanSangat berbanding terbalik dengan Industri perfilman China beberapa tahun belakangan yang digadang-gadang mampu menyaingi pasar global terlihat dengan banyaknya pendapatan Box Office. Dilansir dari Global Times industri perfilman mampu menghasilkan pendapatan Box Office per tahun 2024 melampaui 20 miliar yuan. Beberapa film yang menunjang hasil tersebut, yakni Yolo (2024) dengan pendapatan 3,46 miliar yuan, diikuti dua film lainnya Pegasus 2 (2024) dan Article 20 (2024) dengan masing-masing 3,398 miliar yuan dan 2,454 miliar yuan. Film-film tersebut juga masuk dalam urutan teratas Box Office.
Dilansir dari Global Times Faktor terbesar yang menyebabkan banyaknya penonton pada film-film Cina adalah peningkatan kualitas pada produksi dalam negeri. Pendanaan dan investasi yang terfokus pada pengembangan film menghasilkan konten berkualitas, sehingga tidak mengherankan jika film-film Cina menempati peringkat box office.Â
Tak hanya itu, Industri perfilman Cina juga mendapat banyak apresiasi di kancah internasional. Hal ini dilihat dengan banyaknya film Cina yang masuk dalam nominasi penghargaan film, salah satunya Black Dog (2024). Dilansir dari IMDb Film tersebut mampu memenangkan 5 penghargaan salah satunya Un Certain Regard Award. Hal ini membuka mata para penikmat film, bahwasanya film-film Cina tak lagi dipandang sebelah mata.
Film yang bagus tentu dibuat oleh sutradara yang hebat. Industri perfilman Cina juga memiliki banyak sutradara yang kompeten seperti Jia Ling dengan film YOLO (2024),wang xiaoshuai dengan film an elephant sitting still (2018), Daniel Kwan dengan film Everything Everywhere All at Once (2022) yang mampu memenangkan berbagai nominasi dan masih banyak lainnya.
Selain sutradara, China juga merupakan penghasil aktor-aktor berbakat, seperti Jackie Chan yang memerankan Vanguard (2022), The karate Kid (2010), Kung Fu Panda (2011). Ada juga Michelle Yeoh yang memerankan Wick (2024), Crazy Rich Asians (2018), Everything Everywhere All at Once (2022). Kedua aktor tersebut juga banyak memenangkan penghargaan ternama, mulai dari Oscar, MTV Movie & TV Award, Academy Award dan masih banyak lagi
Dilansir dari China Admission Industri perfilman Cina tidak lepas dari masa-masa sulit, dimana produksi film harus dihentikan karena adanya pandemi virus Covid-19. Namun Tiongkong mengambil kesempatan lebih dahulu dengan menjadi negara yang pulih lebih dahulu, Ini menjadi titik balik perfilman di Cina. Faktor terbesar yang mempengaruhi hal tersebut adalah banyaknya jumlah penduduk kelas menengah yang pendapatannya meningkat, sehingga berdampak pada banyaknya permintaan hiburan termasuk Film
Sejarah panjang telah dilalui industri perfilman Cina, banyak peristiwa yang telah dilewati. Hal tersebut menjadi langkah awal untuk mencapai titik emas dunia perfilman. Perlahan namun pasti industri perfilman China mampu mendominasi pasar global. Melalui pembinaan dan dari pemerintah dengan mereka yang bekerja di industri ini mampu menjaga kualitas film yang mereka buat dan melindungi dari ideologi-ideologi barat. Berbagai hal telah dilakukan dan diupayakan, namun apakah semuanya mampu melawan dominasi perfilman barat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H