Perbedaan terbesar Kanisius dengan sekolah lain adalah apa yang dapat sekolah ini beri selain pelajaran. Semua ilmu yang diajarkan di SMA sama, menggunakan kurikulum yang sama. Maka mengapa Kanisius bisa mendapatkan gambaran sebagai sekolah yang sangat baik?
Saya memulai perjalanan di Kanisius mulai dari SMP, maka dapat dipastikan saya mengalami perkembangan mutlak. Benar, di Kanisius yang kita pelajari tidak hanya materi-materi yang diajarkan guru namun juga pelajaran hidup yang dipelajari melalui pengalaman-pengalaman bersama. Selama di Kanisius, saya menjalani kegiatan yang membentuk karakter saya, seperti jambore, live-in, compassion week, retret, ekskursi, ignatian brotherhood, dan ignatian leadership training.
Kegiatan-kegiatan tersebut saya alami bersama teman-teman saya, kita ditempatkan pada situasi-situasi yang secara memaksa membentuk kepribadian kita. Brotherhood yang dibentuk selama bertahun-tahun di SMA benar-benar terlihat dan terasa. Salah satu nilai yang diajarkan adalah compassion, kepedulian, sebab kegiatan-kegiatan yang saya alami ini saya alami bersama-sama dengan teman-teman saya. Tanpa rasa peduli saya rasa kebanyakan kegiatan ini tidak akan bisa berjalan.
Selain compassion ada nilai lain yaitu commitment, ini merupakan nilai yang sering dianggap remeh. Mungkin dapat dibilang nilai yang paling sulit untuk diaplikasikan. Saya mengerti dan mengetahui benar rasanya seberapa susah untuk membentuk suatu komitmen, sebab komitmen itu bukan suatu janji. Janji itu ditepati, namun komitmen itu dihidupi. Setiap aksi yang kita lakukan harus sesuai dengan komitmen itu, komitmen merupakan suatu identitas atau gaya hidup. Kita membentuk komitmen-komitmen setiap melakukan kegiatan-kegiatan yang saya sebut tadi. Apakah komitmen dijalani atau tidak sesuai diri kita sendiri. Tapi yang saya tahu, Kanisian dapat berkomitmen.
Leadership banyak diharapkan dalam setiap Kanisian, namun leadership yang dimaksud sedikit unik dan menarik. Saat ingin masuk Kanisius, leadership banyak diucapkan sebagai nilai yang setiap Kanisian akan dapatkan. Namun, saat masuk kita akan mengetahui betul leadership yang dimaksud itu apa. Leadership dalam Kanisius pertama mulai dari dalam, justru leadership yang utama adalah kemampuan untuk memimpin diri sendiri.
Sebagai sosok pemimpin, kita akan dipandang orang dan dicontoh orang, maka kita harus bisa memimpin diri sendiri dan menjadi contoh yang baik. Yang dimaksud dalam memimpin diri sendiri adalah pengendalian diri, integritas, kejujuran, kedewasaan, berpikir kritis, bijaksana, dan sebagainya. Selain itu pemimpin yang dituntut dalam suatu Kanisian adalah pemimpin yang melayani.
Sebagai leader kita harus melayani, melayani orang-orang yang kita pimpin. Kita memimpin bukan berarti tidak peduli dan tidak membantu. Kita sama-sama manusia, maka kita berjalan bersama mereka tidak di depan mereka. Nilai-nilai yang diajarkan kepada seluruh Kanisian tidak untuk membuat Kanisian menjadi orang yang disembah dan duduk di takhta. Namun, nilai-nilai ini diajarkan untuk kita menjadi manusia yang baik di antara masyarakat.
Perkembangan suatu Kanisian bukan jalan yang mudah, namun jika kita memilih untuk benar-benar menjalani dan menyerap semua ajaran dari pengalaman-pengalaman ini maka kita akan lulus menjadi orang-orang yang sangat kaya, bukan kaya materi tapi kaya atas nilai kehidupan yang saya yakin lebih bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H