Dari sejak awal munculnya kaum manusia, kita telah menghadapi sebuah permasalahan yang rumit, yaitu keperluan transportasi. Sejak sekitar 8.000 tahun Sebelum Masehi, manusia telah memanfaatkan binatang-binatang dan alat-alat demi mencapai suatu tujuan dengan lebih cepat atau hemat energi.Â
Walaupun 10.000 tahun telah lewat sejak waktu tersebut, manusia masih menghadapi permasalahan ini dan berinovasi untuk mencari solusi-solusi yang lebih efektif. Salah satu penemuan transportasi yang muncul sejak peradaban Yunani adalah transportasi publik.
Transportasi publik adalah sistem transportasi yang disediakan kepada sebuah masyarakat untuk membantu mereka dalam bekerja, berekreasi, serta melakukan aktivitas perekonomian, sosial, dan budaya lainnya dengan efektif dan rapid. Karena ini, transportasi publik, apabila diterapkan dalam sebuah masyarakat dengan baik, dapat menjadi tulang punggung masyarakat tersebut. Dalam dunia modern, transportasi publik dapat berupa pesawat, bis, kereta, tram, monorail, dan seterusnya.Â
Berbeda dengan transportasi pribadi, transportasi publik memiliki filosofi group travel atau transportasi berkelompok, dimana jenis transportasi ini memiliki tujuan untuk mengangkut banyak orang dalam waktu yang singkat, serta dengan area yang lebih padat. Filosofi tersebut sangat terlihat apabila melihat kapabilitas penumpang transportasi publik per jam dibandingkan dengan transportasi pribadi.Â
Menurut penelitian dari TUMI (Transformative Urban Mobility Initiative, 2021), transportasi publik seperti kereta memiliki kapasitas penumpang tiga puluh kali lebih besar dibandingkan dengan transportasi pribadi.
Aspek-aspek positif transportasi publik tersebut sudah lumayan direfleksikan di Indonesia. Terutama apabila dibandingkan dengan beberapa negara lain seperti Amerika, infrastruktur transportasi publik di Indonesia yang telah direncanakan sejak masa konsepsinya jauh lebih maju dan kohesif. Namun, infrastruktur transportasi publik di negara ini harus dilihat secara tak berbias.Â
Transportasi publik di negara ini, terutama pada pusat perekonomiannya; Jakarta dan kota-kota sekitarnya, masih memiliki banyak permasalahan yang harus segera dihadapi, contohnya dalam sistem KRL, MRT, Transjakarta, dan Jaklingko.Â
Suatu statistik yang mungkin dapat meletakkan status transportasi publik Indonesia dalam perspektif global adalah: Walaupun negara ini memiliki populasi keempat tertinggi di dunia, kualitas transportasi publik di Indonesia, bahkan di Jakarta, tidak mencapai 20 transportasi publik terbaik di dunia (menurut CNN, CNBC, Kompas). Bahkan, menurut Kompas, Jakarta berada pada posisi ke-89 dari 100.
Akibat kualitas infrastruktur transportasi publik di hotspot perekonomian dan populasi Indonesia yang buruk, contohnya dalam hal aksesibilitas, keteraturan, kesesuaian jadwal, kapasitas, dan kenyamanan, hanya sekitar 12% warga Indonesia menggunakan fasilitas transportasi publik secara rutin. Karena ini, kondisi lalu lintas, kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan pedestrian, dan bahkan polusi udara di area-area hotspot tersebut lebih buruk dari yang seharusnya.
Salah satu negara yang patut diikuti adalah Jepang, yang dapat dibilang memiliki sistem transportasi publik terbaik di dunia. Mirip dengan Indonesia, negara ini mayoritas menggunakan kereta dalam sistem transportasinya, namun eksekusi dari Jepang jauh lebih future proof dan direncanakan lebih baik dibandingkan dengan apa yang ditemukan di Indonesia.Â
Akibat ini, mayoritas populasi Jepang menggunakan transportasi publik setiap hari, dan hanya minoritas kecil populasi Jepang menggunakan transportasi pribadi seperti mobil atau motor. Ini berkontribusi besar terhadap statistik Jepang sebagai negara yang memiliki udara yang bersih dan kecelakaan bermotor hampir nol.