Semangat jiwa membara bagaikan api yang tak pernah padam, terus menyala dengan tegas di dalam dada. Api ini bukanlah sekadar kobaran biasa, melainkan lambang perjuangan yang tak mengenal lelah, berjuang tanpa henti meskipun diterpa angin kencang. Gemuruh suara bagaikan badai yang mengguncang lautan, dahsyat dan penuh kekuatan, menggelegar hingga menembus hati kami. Itulah yang dapat kukatakan tentangmu, ALASKA.
“Demi jaya almamater kami, Kanisius!” Kata-kata ini selalu terngiang di benak saya ketika mendengar nama Alaska. Kalimat ini sangat berarti bagi kami, para Kanisian, seolah menjadi mantra sakral yang mempersatukan kami semua dalam semangat yang tak tergoyahkan. Setiap kali kami berkumpul untuk mendukung almamater tercinta, semangat setiap jiwa dalam komunitas ini menyala, menyatu dalam kehangatan dan kebanggaan sebagai bagian dari Kolese Kanisius (CC). Banyak kenangan indah, penuh suka duka, yang takkan pernah terlupakan selama tiga tahun bersekolah di Kolese Kanisius. Setiap sorakan, setiap peluh keringat yang mengalir dari para pemain, disambut dengan semangat persatuan kami di tribune, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari perjalanan kami sebagai Kanisian.
Aliansi Suporter Kanisius, atau yang lebih dikenal dengan ALASKA, adalah komunitas suporter SMA Kolese Kanisius. Di sinilah semangat juang Kanisian berkumpul menjadi satu, demi mendukung tim kebanggaan Kanisius saat bertanding. Komunitas ini bukan sekadar kumpulan pendukung biasa, melainkan wujud nyata persaudaraan, kepedulian, dan cinta yang berakar kuat di hati setiap anggotanya. Lambang beruang mengamuk pada logo ALASKA bukan hanya sekadar gambar. Itu adalah simbol keberanian, semangat pantang menyerah, dan kekuatan yang tak terbendung, mewakili jiwa setiap Kanisian yang berdiri di tribun untuk mendukung tim mereka.
Setiap pertandingan, baik itu sepak bola, basket, atau cabang olahraga lainnya, selalu diwarnai oleh kehadiran ALASKA yang penuh semangat. Gemuruh sorakan mereka, serupa badai yang mengguncang lautan, tak pernah surut. Sorakan tersebut menggema hingga ke sudut-sudut lapangan, memberikan energi tambahan bagi para pemain yang berjuang di arena pertandingan. Salah satu laga bergengsi yang selalu diikuti oleh ALASKA setiap tahunnya adalah Derby Basketball League (DBL). Sejak tahun 2016, kami selalu hadir di setiap pertandingan, mendukung Kanisius berlaga, memastikan hanya satu suara yang menguasai tribun: suara Kanisian. Selama beberapa tahun, Kanisius dan ALASKA menjadi kekuatan yang ditakuti, dengan kemenangan demi kemenangan yang diraih. Menjadi juara pertama bukan lagi hal yang mengejutkan bagi kami pada masa itu.
Namun, setelah masa pandemi Covid-19 mulai melonggar, Kanisius menghadapi tantangan besar dalam tim basketnya. Sejak itu, rivalitas yang paling menonjol muncul dari SMA Jubilee. Kedua sekolah ini telah bertemu di final selama tiga tahun berturut-turut, dan meskipun Kanisius selalu mencapai babak final, kemenangan juara pertama masih belum diraih kembali. Kanisius harus puas menempati posisi kedua di laga-laga final tersebut, namun ini tidak menyurutkan semangat kami.
Meski hasil pertandingan tak selalu sesuai harapan, bagi ALASKA, menang atau kalah bukanlah hal yang utama. Yang paling penting adalah memberikan dukungan agar tim Kanisius bisa mengeluarkan potensi terbaik mereka. ALASKA selalu hadir, membawa semangat tanpa batas untuk terus maju, fanatik tapi tidak anarkis. Inilah keindahan persaudaraan kami sebagai Kanisian, sebuah solidaritas yang nyata, hadir untuk mendukung baik di saat kejayaan maupun saat tim sedang terpuruk. Kekuatan ALASKA terletak pada semangat solidaritas untuk terus maju, apapun rintangan yang dihadapi.
Bagi saya pribadi, ALASKA bukan sekadar tentang sorakan dan bendera yang berkibar di setiap pertandingan. Ini tentang kenangan, kebersamaan, dan pelajaran hidup yang saya dapatkan selama menjadi bagian dari komunitas ini. Setiap pengalaman yang saya lalui di ALASKA, bersatu mengalir ke makna yang sama, yaitu hanya dengan bersama-sama, kami dapat kuat. Kami dapat saling membahu, menolong, menyemangati, inilah makna sejati dari persaudaraan yang saya dapatkan. Senyum teman-teman, teriakan penyemangat, dan rasa kebersamaan yang mengikat kami sebagai Kanisian adalah hal-hal yang akan terus saya kenang sepanjang hidup. Seluruh nilai-nilai di ALASKA, juga menyadarkan saya agar menerapkan nya secara konkrit di keseharian saya, dan jangan hanya melakukannya bila di atas tribun saja. Tak henti-hentinya saya bersyukur, melewati 1095 hari saya di Kanisius, tempat saya menjalani masa kedewasaan saya dan ALASKA, dengan gemuruh suara dan api semangatnya. Semua hal yang sudah terjadi, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas saya sebagai seorang Kanisian. Ad Maiorem Dei Gloriam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H