[caption caption="Bupati Biak Numfor Thomas Ondy (kiri) dan Ketua Komisi A DPRD Biak Numfor, Adolf K Baransano. (Foto: hw)"][/caption]
Sosoknya tinggi besar dengan perut agak gendut dan kepala yang dibiarkan plontos. Mulutnya berwarna kemerahan karena kerap mengunyah sirih dan pinang seperti kebiasaan orang Papua. Bagi yang masih memiliki tunggakan kartu kredit atau kredit kendaraan bermotor, mungkin akan bergetar melihat sosoknya.
Tapi siapa sangka di balik penampilannya yang sangar itu, Thomas Alfa Edison Ondy, SE adalah seorang yang ramah, sangat terbuka dan tidak mengesankan diri sebagai orang penting. Padahal dia adalah Bupati di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Thomas Ondy adalah prototype pejabat masa kini yang tidak terlalu terikat aturan protokoler, dan tidak mementingkan penampilan.
Tidak ada aturan protokoler yang ketat untuk bertemu atau berbicara dengan Sang Bupati. Dia juga biasa berbicara langsung tanpa tedeng aling-aling kepada masyarakat atau aparat di bawahnya, termasuk para pegawai pemerintahan di Kabupaten Biak Numfor.
Tanggal 29 November 2015 lalu penulis hadir dalam apel pegawai pemerintahan di depan Kantor Bupatei Kabupaten Biak Numfor. Bupati Thomas Ondy tampil sebagai pimpinan upacara. Acara itu diadakan sebelum pawai keliling kota untuk mengarak Piala Adipura yang diraih Kota Biak, sebagai Kota Kecil Terbersih se Indonesia tahun 2015.
Di hadapan pegawai pemerintah Kabupaten, sang bupati memaparkan panjang lebar tentang pentingnya arti kebersihan bagi masyarakat dan kota Biak itu sendiri. Kebersihan, menurutnya, harus menjadi bagian dari hidup masyarakat di Biak, karena kebersihan sangat erat kaitannya dengan keindahan dan kesehatan. Namun kebersihan tidak akan terjadi begitu saja tanpa kerja keras dan upaya yang sungguh-sungguh baik dari masyarakat maupun aparat pemerintah. “Yang terpenting adalah aparat pemerintah yang harus memberi contoh kepada masyarakat, untuk menangani sampah yang ada di Kota Biak ini,” katanya.
Bupati memahami betapa pentingnya arti kebersihan bagi sebuah kota, karena kebersihan juga menjadi cermin kehidupan masyarakatnya. Dan masyarakat bisa menjaga kotanya agar menjadi bersih, jika pemimpinnya juga memiliki visi dan kemauan yang kuat untuk menjadikan kotanya bersih. Dalam konteks itu, bupati tidak hanya asal bicara dan perintah. Dia juga turun tangan langsung untuk mememgang komando di lapangan, maupun mempraktekan sendiri menangani sampah. Salah satu tindakan bupati Ondy yang sangat menarik adalah ketika ia menyetir sendiri mobil truk untuk mengangkut sampah atau mengoperasikan ekskavator untuk mengeruk sampah. Konon itulah yang memberi nilai tertinggi bagi Kota Biak sehingga meraih Piala Adipura.
Sang bupati bukan hanya bisa mengemudikan truk atau excavator. Ketika bertugas di Kabupaten…..dulu, dia kerap menerbangkan pesawat-pesawat kecil yang menghubungi wilayah pedalaman di Papua. Mentornya untuk menerbangkan pesawat adalah pilot-pilot yang biasa menerbangkan pesawat-pesawat tersebut. “Kini tiga orang mentor saya sudah mati. Kapal mereka menabrak gunung. Ada pilot yang sudah terlalu tua, sehingga dia tidak tahu lagi harus memencet tombol yang mana. Dia juga mati karena pesawatnya menabrak gunung. Dia adalah mentor saya,” kata sang bupati ketika berpidato usai mengarak Piala Adipura di hadapan ratusan pegawai Pemkab Biak Numfor.
Untuk mengontrol aparatnya, setiap pagi pukul 05.00 WIT dia sudah ke luar rumah, lalu mengendarai motor RX King untuk mendatangi kantor-kantor Dinas atau satuan tugas tertentu. Dia tahu kantor-kantor mana saja yang sudah ada pegawainya pada pagi hari atau yang belum. Ketika apel dia menegur langsung sebuah satuan tugas karena setiap ia datang pagi kantornya masih tutup.
Dalam apel sang bupati hanya mengenakan celan jins, sepatu sport dan T’Shirt lengan panjang bertuliskan Biak Kota Adipura. Ketika Piala Adipurat diarah keliling kota, sang bupati naik motor RX King yang biasa digunakan untuk mengontrol pegawai dan keliling kota, sedangkan Piala Adipura dipegang oleh pegawai Dinas Kebersihan dan PU yang berdiri di atas bak terbuka. Tidak ada kesan sang bupati ingin menonjolkan diri. Bupati berbaur dengan ratusan motor lain yang ikut pawai.
Pawai berakhir di di kantor Dinas Kebersihan Kabupaten Biak. Di sana sudah ada panggung kecil dan tenda untuk semua undangan. Bupati Thomas Ondy memberikan kata sambutan sebentar dan mengajak empat Kepala Dinas untuk baik ke pentas dan menyampaikan pendapat masing-masing. Setelah itu ia memanggil seorang pegawai wanita Dinas Kebersihan untuk menyampaikan seluruh uneg-unegnya baik terhadap sang Bupati sendiri maupun terhadap pekerjaan yang dijalaninya selama ini. Sang pegawai pun memanfaatkan kesempatan itu untuk berbicara panjang lebar tentang suka dukanya bekerja di Dinas Kebersihan, termasuk mengungkapkan latar belakang mengapa dia bersama rekan-rekannya sempat mogok. Tak lupa juga disampaikan permintaan kepada sang Bupati untuk memberikan hadiah Natal untuk para karyawan.