Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Belajarlah Mengelola Transportasi Umum ke Hongkong

12 September 2014   21:47 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:52 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1410507781151329789

[caption id="attachment_358801" align="aligncenter" width="600" caption="Pejalan kaki di Causeway Bay menyeberang dengan tertib, dengan latar belakang bus dan tram yang banyak terdapat di Hongkong. (Foto: Herman Wijaya)"][/caption]

Situasi Jalan-jalan raya di Hongkong, seperti bumi dengan langit dibandingkan Jakarta. Jika di Jakarta kemacetan terjadi hampir setiap jam, di Hongkong segalanya serba lancar. Padahal jalan-jalan di Hongkong lebih kecil dibandingkan jalan yang ada di Jakarta.

Di Hongkong, jalan-jalan didominasi oleh angkutan umum seperti bus, taksi, trem dan MTR (kereta bawah tanah). Transportasi publik itulah yang digunakan masyarakat setiap hari, untuk bepergian ke berbagai tujuan di Hongkong. Tidak hanya orang tak mampu, orang kaya pun menggunakan angkutan yang sama – kecuali orang yang sangat kaya, yang mampu membayar biaya parkir yang sangat tinggi. Hanya sedikit yang bawa kendaraan pribadi. Masyarakat juga banyak yang berjalan kaki untuk jarak dekat. Itu yang membuat orang-orang Hongkong, terutama kaum wanitanya, bertubuh langsing.

Guna mengatasi kemacetan di kota padat kendaraan, biasanya pemerintah setempat memberlakukan tarif parkir yang sangat tinggi. Tujuannya tidak lain agar pengguna kendaraan pribadi beralih pada angkutan umum. Sebagai pulau yang lalu lintas keuangannya tinggi, Hong Kong termasuk kota yang sempit. Karena itu Hong Kong menerapkan tarif parkir langganan hingga Rp6,6 juta per bulan.
Harga tanah di Hongkong sangat mahal. Karena itu sebagian besar gedung di Hongkong tidak memiliki tempat parkir. Bahkan seperti bangunan umum seperti Hotel, pusat perbelanjaan, atau stasiun kereta. Begitu mahalnya harga tanah, sehingga harga lahan parkir di Hongkong lebih mahal dibandingkan apartemen.

Karena begitu banyaknya angkutan umum di Hongkong, bepergian ke berbagai penjuru kota di Hongkong tidak sulit. Bus-bus tingkat terus berseliweran meski pun penumpangnya sedikit. Begitu pula dengan taksi dan trem. MTR yang melayani beberapa jurusan datang tepat waktu. Informasi di stasiun sangat lengkap. Bila kita tidak tahu, dapat bertanya dengan petugas informasi yang memang bekerja khusus untuk melayani penumpang. Pembelian tiket dilayani oleh mesin-mesin. Tinggal memasukan uang, pencet tombol jurusan yang dituju, tiket akan ke luar. Bila kita membayar dengan uang yang melebihi harga tiket, mesin pintar itu akan mengeluarkan uang kembalian yang pas jumlahnya.

Hong Kong memiliki sistem transportasi dalam kota yang mapan dan modern yang terdiri dari kereta api, bus, tram, feri, dan taksi. Hampir semua layanan transportasi dapat dibayar menggunakan Octopus Card.

Jaringan kereta bawah tanah dikelola oleh MTR Corporation Limited yang mengelola MTR dan Kowloon-Canton Railway Corporation yang mengelola KCR sedangkan layanan tramnya adalah satu-satunya di dunia yang memakai kereta tram dua tingkat. Jaringan bus dikelola oleh 5 operator yang menggunakan bus dua tingkat seperti terdapat di London dan Singapura. Terdapat pula layanan taksi yang 99% armadanya menggunakan elpiji.

Layanan feri yang paling dikenal adalah Star Ferry yang menyeberangi Victoria Harbour antara Tsim Sha Tsui, Central,Wan Chai, dan Hung Hom. Ada pula fery jurusan Macau. Bila kita berwisata ke Macau, dan akan kembali ke Indonesia melalui bandara Hongkong, kita cukup melakukan cek in di Macau, tanpa harus membawa barang. Bagasi yang kita masukkan di Macau akan sampai di Jakarta dengan aman, walau pun dari Macau kita naik fery ke Hongkong.

Taksi di Hongkong dibedakan berdasarkan tiga wilayahnya. Yakni berwarna merah (bagian atas putih) untuk teritori Hongkong, biru untuk New Territories dan Hijau di Pulau Lantau. Mobil yang digunakan untuk taksi adalah sedang Toyota Crown dengan perseneling dekat setir. Bukan jenis mobil yang muda. Namun demikian masih bisa diandalkan.

Kepala-kepala daerah di Indonesia, khususnya yang daerahnya memiliki kota besar, patut belajar transportasi kepada Hongkong. Supaya jalan-jalan lebih lancar, udara bersih, masyarakat sehat dan lebih produktif. Pemerintah pusat juga harus mendidik masyarakat untuk tidak menjadi bangsa yang manja lagi, yang selalu ingin hidup nyaman tapi bergantung kepada subsidi pemerintah.

Sebaliknya pemerintah sendiri tidak menjadikan industri otomotif sebagai tolok ukur kemajuan, dan sumber pajak yang menggiurkan. Apalagi meluncurkan mobil murah yang pada akhirnya malah ikut membebani jalan dan subsidi. Akan lebih baik jika dana subsidi dialihkan untuk membangun transportasi umum yang baik. (herman wijaya/hw16661@yahoo.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun