Sandiaga mungkin bermaksud melucu juga dengan kalimat-kalimat hiperbolanya. Tetapi dia bukan orang yang berbakat melucu. Gesturenya kaku, dan kalimat-kalimat yang disampaikannya terdengar datar. Bagi orang yang berseberangan dengannya malah terdengar hambar dan menyebalkan.
Menilik latar belakangnya, Sandiaga memang bukan orang "jalanan", orang yang terbiasa  bergaul dengan  masyarakat kebanyakan, sehingga memahami idiom-idiom yang hidup dalam  masyarakat, dan bagaimana menyampaikannya.
Sandiaga adalah tipe orang rumahan, yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk pendidikan dan bisnis. Ia juga pastinya mendapat pendidikan etika kelas atas, karena ibunya, Mie Uno, adalah seorang pendidik dan pakar etika.
Jadi tidak ada waktulah ia bergaul dengan masyarakat kebanyakan, mengamati kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang sangat beragam, terutama masyarakat bawah. Maka ketika ia berbicara tentang belanja dapur, tempe, malah jadi ngawur.
Banyak nitizen yang bertanya-tanya, apakah calon wapres muda yang memiliki kekayaan 5 trilyun ini makan tempe juga? Jangan-jangan dia tidak tahu benda apa yang namanya tempe.
Komedi Satir
Dalam kiprahnya berpolitik, terutama dengan tujuan meraih jabatan, Sandiaga Uno tidak memiliki gesture yang merakyat. Dia telah mencoba, tetapi kelihatan susah, karena habitatnya memang bukan di lingkungan masyarakat kebanyakan.
Sebagai penantang petahana dalam upayanya meraih kursi Calon Presiden, dulu Cagub, Sandiaga lalu memainkan lakon komedi satire. Komedi satire adalah, komedi yang berisi pernyataan sindiran (kepedihan, kegetiran, dan sebagainya) terhadap suatu keadaan atau seseorang.
Sayangnya dia juga kurang paham bahwa komedi satire membutuhkan kecerdasan untuk memahami keadaan yang sebenarnya. Data harus kuat, agar sindirannya mengena.
Kalau asal njeplak seperti yang disampaikannya, akhirnya malah jadi boomerang. Apalagi dalam tensi politik yang mulai memanas.
Kelemahan Sandiaga langsung digoreng, sehingga menghasilkan amunisi yang gurih untuk menyerangnya balik. Terlebih ada dosa-dosa Sandiaga yang masih lekat dalam ingatan orang-orang yang tidak menyukainya.