"Dia tadi ada di lapangan tenis, ayo kita ke sana!" kata sang sipir. Kami memgikuti saja langkahnya hingga ke lapangan tenis. Suasana di lapangan tenis sangat ramai. Mantan Menpora AM sedang main tenis dengan napi tipikor lainnya, saya kurang begitu kenal. Kata sipir, dia mantan jaksa. HF tidak ada di situ.
Kami duduk di pinggir lapangan menyaksikan AM bermain tenis hingga selesai. Setelah itu dia berhenti, dengan ramah menghampiri kami dan mengajak makan. Di pinggir lapangan memang ada sebuah meja panjang berisi berbagai jenis makanan yang nampak sangat lezat. Masakan daerah.
"Ayo, ayo makan, saya lapar nih!" kata AM yang hari itu sedang berulang tahun. Dia dikunjungi oleh isteri, anak dan ibunya. Kami ikut menikmati makanan yang disediakan. Bakmi goreng dari restoran terkenal yang saya bawa, menghilang, entah ke mana rimbanya.
Di tempat itu ada RR, pejabat Kementerian ESDM yang ditangkap karena kasus suap di BPH Â Migas, ada beberpa napi tipikor lainnya yang saya tidak kenal. Saya tidak terlalu memperhatikan, karena makanan yang kami santap terlalu lezat untuk dimakan sambil santai. Harus fokus.
Usai makan sipir mengajak kami ke saung-saung yang dibangun di lapangan terbuka di tengah lapas. Bentuknya hampir mirip dengan saung di rumah makan Sunda pada umumnya. Tiap saung berukuran rata-rata 3 X 3 meter. Di setiap saung ada tempat duduk yang nyaman, kursi panjang, meja makan dan kursinya, bahkan kompor gas dan dispenser, seperti di saung milik mantan Ketua DPP Partai Demokrat AU tempat kami menunggu HF. Di situ saya sempat dibuatkan kopi panas oleh seorang lelaki berusia 40-an yang menurut HF, jurumasak pribadi AU.
Di sebelah saung milik AU saya melihat mantan Presiden PKS LHI sedang masyuk memeluk perempuan muda, cantik. Keduanya tak bersuara seperti melakukan happening art. Di dekat mereka ada seorang perempuan muda mengenakan baju putih sedang menggendong bayi. Saya menduga dia baby sitter.
Sejenak saya mencoba mengingat-ingat kasus daging sapi yang membuat LHI masuk tahanan. Ketika itu disebut-sebut nama seorang perempuan muda cantik berinisial DM, yang ketika itu berusia 19 tahun. Perempuan yang sedang melakukan happening art dengan LHI pastilah DM. Yang digendong oleh sang baby sitter pasti anaknya. Tapi mengingat usia sang bayi yang masih sangat muda, saya jadi bertanya-tanya, kapan bikinnya? Bukankah LHI sudah lebih lama masuk penjara?
"Di sini enggak perlu khawatir soal begituan. Kita sediain tempat. Tapi kalau mau pulang, ingat-ingat kitalah yang ada di dalam. Tinggalin dong buat beli rokok," Â kata HF sambil tertawa.
Menurutnya yang membedakan antara orang di dalam dan di luar Lapas Sukamiskin hanyalah kemerdekaan. Urusan kebutuhan jasmani, rohani, kebutuhan biologis, bukan persoalan besar. Rata-rata napi Tipikor adalah orang kaya, yang uangnya tidak habis begitu saja meskipun ditahan dan disita KPK.
Rata-rata napi Tipikor tidak membutuhkan bantuan materi, mereka bisa membeli. Banyak napi tipikor yang memiliki rumah mewah di dekat LP Sukamiskin supaya keluarganya bisa datang sewaktu-waktu. Salah satunya yang diketahui memiliki rumah di dekat LP Sukamiskin adalah terpidana kasus pajak, GT.
Deretan saung bambu yang ada di LP Sukamiskin bukan disediakan oleh pemerintah c/q pihak lapas, melainkan dibikin atas biaya pribadi para napi.