Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Keindahan Tanah Sumba dalam Film “Pendekar Tongkat Emas”

13 Desember 2014   14:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:23 2701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_382308" align="aligncenter" width="560" caption="tribunnews.com"][/caption]

Setelah lama genre film laga yang menampilkan adegan silat kalsik  menghilang dari film nasional, Miles Film muncul dengan sebuah film laga klasik yang menampilkan perkelahian dengan ilmu silat. Melalui film terbarunya “Pendekar Tongkat Emas”, Miles seolah ingin menegaskah bahwa genre laga klasik belum habis. Jika dikemas dengan menarik, dan ada sesuatu yang baru di dalamnya, diyakini penonton akan datang ke bioskop untuk menyaksikan.

Keyakinan Mira sama seperti keyakinan sutradara asal Taiwan Ang Lee, yang meluncurkan “The Crouching Tiger Hidden Dragon” pada tahun 2000, saat di mana film-film silat klasik Hong Kong sedang redup. Ketika film itu muncul, masyarakat pencinta film di seluruh dunia terbelalak. Melalui tangan Ang Lee film silat ternyata tidak semata-mata menampilkan adegan perkelahian yang keras penuh darah, tetapi indah dan enak untuk dilihat. Lihatlah bagaimana perkelahian antara Li Mu Bai (Cho Yun Fat) dengan Jen Yu (Zhang Ziyi) atau antara Jen Yu dengan Yu shu Lien (Michele Yeoh). Adegan perkelahian itu digarap dengan apik oleh Ang Lee, dengan tetap memperhatikan unsur estetik dan lokasi menawan.

Semangat Ang Lee nampaknya menginspirasi Mira Lesmana dalam membuat film laga.  Mira lalu mewujudkannya dalam “Pendekar Tongkat Emas”. Untuk menampilkan adegan silat menarik, Mira sengaja merekrut fighting instructur film-film silat Hongkong terkenal Xiong Xin Xin. Melalui sentuhan instruktur adegan laga itulah, aktor-aktor seperti Reza Rahadian, Nicolas Saputra, Tara Basro, Eva Cecilia dan bahkan Christine Hakim bisa “bertarung” layaknya pendekar sakti.

Namun yang patut diacungi jempol untuk Mira Lesmana adalah keberaniannya memilih Pulau Sumba sebagai lokasi syuting, sekaligus setting peristiwa. Sumba bukan cuma terlihat dari landscapenya yang indah, tetapi berbagai pernik seperti tenunan, rumah-rumah adat, adat Sumba sendiri, senjata, masyarakat dan kuda-kuda. Jika selama ini kesan yang terpatri tentang tanah Sumba adalah sebuah Pulau yang gersang, sulit air, tetapi di film ini ditampilkan sungai-sungai yang jernih sampai ke dasar.  Tampilnya Sumba secara dominan dalam film cerita (feature film) merupakan sebuah gagasan yang berani, dan menjadikan film ini memiliki nilai eksotisme tersendiri.

Menurut Mira Lesmana, syuting film ini berlangsung selama 3 bulan di Pulau Sumba. Pulau yang terletak di Nusa Tenggara Timur itu memang memiliki nilai tersendiri di mata Mira. Ia sering melalukan perjalanan ke sana untuk membuat film dokumenter.

Karena karakter alamnya yang unik, penuh bukit-bukit kapur dan savana, alam Pulau Sumba menjadi tempat yang menarik untuk lokasi syuting film. Namun dengan catatan,  lokasi syuting hanya elemen pendukung dari sebuah film. Yang terpenting adalah cerita film itu sendiri.

Dalam “Pendekar Tongkat Emas” memang ada beberapa kejanggalan, seperti sosok para pemeran penting dan masyarakat setempat yang menjadi figuran, karena secara fisik memiliki perbedaan mencolok, adegan laga yang, kalau mau ditelusuri, tidak pernah dikenal di tanah Sumba, karena pelatih adegan laganya berasal dari Hongkong. Tapi karena ini film fiksi, maka sah-sah saja apa yang ditampilkan, walau pun ada kesan dipaksakan.

Adapun lokasi yang dijadikan sebagai obyek shooting yakni di kecamatan Haharu Kabupaten Sumba Timur. Lokasi yang diterapkan sebagai area shooting film laga tersebut adalah desa Rambangaru. Setelah dari lokasi Watuparunu kecamatan Wulla Waijelu tim pengambil gambar film ‘Pendekar Tongkat Emas’ kemudian bertolak ke desa Rambangaru kecamatan Haharu. Warga lokal Haharu yang dilibatkan dalam pengambilan gambar tersebut.

Dalam film ini sutradara Ifa Isfansyah terkesan betul ingin mengeksploitasi alam Sumba Timur yang memiliki keindahan eksotik. Untuk pengambilan gambar dipilih titik-titik (spot) yang memperkuat sinematografi film ini. Bagi orang yang belum pernah menginjakan kaki di Pulau Sumba, apa yang ditampilkan dalam “Pendekar Tongkat Emas” telah memberikan referensi tentang destinasi wisata yang perlu dimasukan ke dalam agenda. Jika angle pengambilan gambar lebih diperkaya – penggunaan go pro helicopter, sejenis helikopter mini yang bisa digunakan untuk pengambilan gambar dengan kamera kecil go pro – keindahan Sumba akan tampil lebih maksimal.

Pulau Sumba sendiri sebenarnya memiliki keindahan alam dan budaya yang sudah sangat dikenal. Terutama tradisi perang tongkat yang dilempar oleh para pengendara kuda, yang disebut pasola. Pasola merupakan bagian dari serangkai-an upacara tradisional yang dilakukan oleh orang   Sumba yang masih menganut  agama asli yang disebut Marapu (agama lokal masyarakat sumba). Permainan pasola diadakan pada empat kampung di kabupaten Sumba Barat.

Akan tetapi Miles Film tidak merambah wilayah Sumba Barat, sehingga atraksi pasola yang terkenal itu tidak masuk ke dalam filmnya. Padahal jika pasola masuk ke dalam adegan film, bukan tidak mungkin akan menambah daya tarik film ini.

Sinopsis film

Film Pendekar Tongkat Emas mengisahkan seorang pendekar wanita bernama Cempaka (Christine Hakim) yang merasa bersalah karena telah membunuh musuh-musuhnya. Untuk menebus rasa bersalahnya itu Cempaka mengadopsi anak-anak dari musuh-musuh yang tewas di tangannya. Ada empat orang anak yang dipeliharanya, yakni Biru (Reza Rahadian), dan Gerhana (Tara Basro), Dara (Eva Cecilia) dan Angin.

Ketika tua, Cempaka mewariskan tongkat emas kepada Dara, hal mana membuat Biru dan Gerhana iri, lalu meracuni Cempaka. Tidak sampai di situ, Biru dan Gerhana berniat merebut tongkat emas dari tangan Dara. Dibantu Angin, Dara berusaha sekuat tenaga memepertahankan tongkat itu. Tetapi keduanya kalah oleh kesaktian Biru dan Gerhana. Dalam perkelahian Dara dan Angin terlempar ke jurang. Tetapi keduanya diselamatkan oleh Elang (Nicolas Saputra). Elang ternyata anak dari Cempaka yang dibawa pergi oleh ayahnya ketika kecil.                     Atas bantuan Elang lalu Dara merebut tongkat emas dari tangan Biru, setelah membunuh Biru dan Gerhana yang memimpin sebuah perguruan silat. (herman wijaya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun