''YAH, PERASAAN SESAL YANG MENDERA MENGULITI BEGITU SEMPURNA SETIAP SISI JIWAKU, BETAPA AKU TERGOLONG KALANGAN MANUSIA YANG BARU MERASAKAN MAKNA KEHADIRAN CINTA, KASIH SAYANG, PERHATIAN, EMPATI, RINDU, KETULUSAN, DAN KESETIAAN JUSTRU DIKALA DIA SUDAH TIDAK ADA LAGI UNTUKKU’’.(saat kucium kening beku nenek). Kemarin aku minjem buku ketemanku, hitung-hitung menghapus kejenuhan, kegiatan sampingan yang mebuatku bosan ''ngegem dan ngenet'' dikos-kosan membuatku ingin mencari kegiatan lain. akupun berniat meminjam buku ketemanku yang memang sudah menjadi langganan aku meminjam buku. Sebenarnya sih, aku mau minjem novel tapi yang dikasih mah semacam cerita pendek tapi menarik Yang judulnya ‘’andai aku jalan kaki,,,,,,’’. Dan cerita-cerita yang tertuang didalamnya pun semuanya bagus-bagus. Tapi ada satu cerita yang bagiku sangat–sangat mengharukan, dan membuatku sadar bahwa kita tidak bisa menyia-nyiakan orang yang menyayangi kita, kitapun akan menyadari begitu penting kehadiran mereka ketika dia telah pergi meninggalkan kita, dan kitapun akan merasakan betapa berartinya dia, betapa berartinya kasih sayang yang diberikan. Judul ceritanya ‘’saat kucium kening beku nenek’’. ceritanya sungguh sangat mengharukan, kisahnya menceritakan tentang seorang yang menyesali begitu pentingnya seorang yang dia cintai dalam kehidupannya, namun dia hanya menyia-nyiakannya, dan dia sadar betapa pentingnnya kehadiran orang yang disayanginya ketika nenek yang dicintainya itu telah pergi meninggalkan dunia yang pana ini. dia menyesal sewaktu neneknya masih ada dia hanya sibuk dengan pekerjaanya, dia menomor satukan pekerjaannya dari pada neneknya, menomor tigakan orang-orang yang dicintai, dan baru menyesali ketika orang yang dicintainya itu telah pergi meninggalkannya. teman, sewaktu mebaca tulisan itu aku terpuruk, aku tertunduk lesu, membayangkan JIKA KISAH ITU TERJADI PADAKU, saat ini aku jauh dengan orang-orang yang aku cintai. Aku ingin selalu hadir dalam kehidupan mereka, aku tidak ingin menyia-nyiakan kehadiran mereka, aku takut sebelum aku pulang hal yang sama akan terjadi padaku. Oh, betapa sakitnya hatiku mebayangkan hal yang sama akan terjadi padaku sementara aku belum bisa membalas semua yang mereka berikan untukku, belum bisa memberikan perhatian yang lebih, belum bisa merawat mereka sakit seperti mereka merawat aku ketika sakit, belum bisa memberikan senyum kebahagiaan kepada mereka, belum bisa memberikan keberhasilan yang mereka inginkan dari kita. sungguh jika aku harus memilih, aku lebih memilih ada didekat mereka, ada didekat orang-orang yang aku cintai, tapi aku sadar aku dituntut untuk belajar, aku dituntut untuk membalas semuanya dengan keberhasilanku, aku disini, dikejauhan tidak lain untuk membahagiakan mereka. Tapi semua berangkat dari ketakutan itu, aku takut hal itu akan terjadi sementara aku belum menyelesaikan tugasku kepada mereka, belum bisa memberikan senyum kebahagiaan itu. Aku takut dan sangat takut. Aku takut disaat merasakan cinta, kasih sayang, perhatian, rindu, ketulusan, dan kesetiaan yang begitu dalam justru dikala mereka sudah tiada. ‘’SUNGGUH, LANTARAAN KITA MENGANGGAP KASIH SAYANG, HUBUNGAN ERAT, DAN PERHATIAN MEREKA BISA KITA DAPATKAN KAPAN SAJA, KITA MENJADI BIASA UNTUK MEMBELAKANGKAN MEREKA’’ Sangat sulit kubayangkan JIKA KISAH ITU TERJADI PADAKU, Untuk orang-orang yang aku cintai, ibu, bapak, dan semua sanak familiku, aku sadar semua itu adalah rahasia ilahi, dan tidak menutup kemungkinanpun aku yang akan lebih dulu dari kalian semua. Sungguh Aku tau ini resiko seorang perantau  yang jauh dari orang-orang yang mencintaiku. Tapi doaku mudah-mudahan sebelum rahasia itu terbuka, allah mengijinkanku untuk bisa bersama kalian lebih lama lagi, mengijinkanku bisa membalas semua jasa-jasa orang-orang yang telah menyayangiku. … ALLAHU RABBI,KABULKANLAH DOA-DOAKU…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H