Mohon tunggu...
Matondang Matondang
Matondang Matondang Mohon Tunggu...

Nama saya matondang. Saat saya tidak sedang Jogging di Bukit-bukit bandung dan jalan-jalan dengan mengendarai motor. Saya bekerja sebagai freelance engineer. Saya memiliki hobi membaca dan menulis tentang sains fiksi.Sekarang saya sedang belajar menulis Semoga berkenan dan menyukai tulisan saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebanggaan Primordial Berlebihan di Indonesia

24 Februari 2016   21:34 Diperbarui: 24 Februari 2016   21:44 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia adalah negara yang kaya dengan keaneka ragamannya. Karena kondisi geografisnya yang berupa archipelago yang menjadikan suatu daerah cenderung terisolir dengan daerah lainnya sehingga. Indonesia juga diberkahi keaneka ragaman suku dan bahasa di Indonesia. Ada lebih dari 300 suku dan bahasa di Indonesia. 

Setiap geografis daerah di Indonesia yang beraneka ragam tentunya memiliki suatu pengaruh mempengaruhi genetik suku suku di Indonesia. Warna kulit, panjang lidah dan kondisi badan kita tak lain ada lah hasil dari setengah kromosom xx dan xy ibu dan ayah kita. Sel haploid yang disebut gamet ini terdiri dari DNA dimana informasi genetik orang tua kita di simpan. Setelah terjadi pembuahan inti sel kemudian mengeluarkan mRNA ke ribosom untuk mengubah makanan yang dicerna ibu kita menjadi protein yang mengcopy informasi genetik dari ibu bapak kita.

Informasi genetik ini akan dibentuk sesuai kebutuhan untuk bertahan hidup ketika kita lahir. Seperti di daerah panas ya dibutuhkan kulit yang hitam. Kemampuan bahasa si bayi. Tak lain adalah turunan informasi genetik dari nenek moyang kita agar kita bisa bertahan hidup di lingkungan kita.

Hal ini menyebabkan suatu suku di Indonesia memiliki ciri khas yang berbeda dengan yang lainnya. Baik dari warna kulit, logat, warna mata maupun kemampuan bahasa .

Hal yang menjadi perhatian penulis adalah keberagaman suku di Indonesia ini sering menjadi hal yang terlalu dibesar besarkan di Indonesia. Kebanggaan suku/ primordialisme terlalu dibesar besarkan di Indonesia.

Jika di masa penjajahan promordialisme ini digalakkan oleh pemerintahan kolonial ya wajar karena sesuai dengan kepentingan mereka untuk memecah belah agar lebih mudah untuk berkuasa.

Tapi apakah ini masih relevan. Bila ada orang yang sesuku dengan kita mendapatkan prestasi, haruskan itu menjadi kebanggaan bagi suku kita. Dan membuat kita merasa suku kita lebih hebat dari yang lainnya.

Penulis selalu merasa kebanggaan semu seperti seperti kebanggaan primordial ini tidak layak untuk dilestarikan. Kebanggaan itu harusnya disimpan untuk sesuatu yang telah kita capai dengan usaha kita sendiri.

Apa kah kita bangga dengan dna kita yang membawa gen kanker atau diabetes turunan dari bapak ibu kita? Kan tidak.karena itu adalah kecelakaan genetik. Begitu juga dengan suku/etnis kita  Kenapa hanya karena kita dilahirkan oleh bapak ibu kita dari suku tertentu kita harus bangga karena itu?

Mungkin sebagai alternatifnya kita bisa rubah kebanggaan kita dangan senang. Saya senang lahir jadi orang jawa, sunda, batak dan lainnya.

Tapi bangga? Hmm, rasanya harus dipertimbangkan lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun