Scientist, engineer dan pemerintah rata rata mempunyai obsesi untuk menyelesaikan masalah secara realistis, padahal dengan tingkat kemakmuran tertentu masalah yang dihadapi suatu bangsa adalah masalah prespektif.
Sebagai contoh, bagaimana memaksa seorang pasien menghabiskan antibiotiknya. Seorang pasien yang tidak menghabiskan antibiotiknya rawan untuk menulari lingkungan sekitarnya dengan virus dan bakteri yang telah berlajar melawan obat dengan dosis tertentu dan dibutuhkan level dosis yang lebih tinggi untuk menyembuhkan bakteri dan birus yang sudah berevolusi ini.
Apakah ini bisa diselesaikan dengan logika, tentu tidak. Kalau dilihat secara prespektif, manusia mudah bosan memakan obat yang warnanya sama terus menerus. Oleh karena itu lebih baik pasien sebaiknya diberi obat placebo yang berwarna warni sehingga pasien lebih mudah menghabiskan antibiotiknya.
Bagaimana dengan pendidikan, Â secara prespektif, pendidikan tidak bekerja dengan mudah. Pendidikan harusnya tidak hanya mengajarkan pelajaran kepada murid. Tapi juga harus memberikan kesan terhadap murid kalau dia itu sudah mendapatkan pendidikan yang baik dan menanamkan percaya diri. Dan percaya diri inilah yang akan membuat sukses murid ini sepanjang hidupnya.
Metoda penyelesaian masalah dengan merubah prespektif sebenarnya didasarkan pada asas kalau semua serba relatif di dunia ini. Dan yang kita bisa lakukan adalah dengan merubah prespektif untuk perubahan secara persuasif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H