Mohon tunggu...
Rahmat Suatan
Rahmat Suatan Mohon Tunggu... lainnya -

bertualang,menulis dan memainkan musik adalah satu kesatuan dalam setiap gerakku,seperti angin yang membuat dedaunan dan ranting menari mungkin begitulah saya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lambara Harapan

13 September 2012   16:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memijakkan kaki pada Pagi dengan nuansa khas pedesaan

Menikmati ramah matahari yang menyapa dari barisan pepohonan

Mereguk asa yang menahun pada sebuah pertemuan dari kisahku dan kisahmu

Pada kasih yang selalu menyisakan kisah yang tak usai oleh waktu

Dan aku ada disini oleh rindu yang mewabah

Pagiku pada lambara harapan
lambara harapan tidak menyuguhkanbising dan polusi kota
Hingga malam menyapa lambara harapan dengan symphony serangga malam

Aku cemburu dengan lambara harapan yang menjaga kekasihku

Yang pertama dan berharap bukan yang terakhir aku menyapa kampungmu

Dari segelas kopi sampai gelora asmara memanjakanku di sini

Lambara harapan

Tunggu aku sekali lagi untuk menikmati aroma khas desamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun