MESKI mayoritas Muslim Indonesia dianggap mempraktekkan Islam yang moderat, namun kelompok garis keras beberapa tahun terakhir semakin memperlihatkan pengaruh. Demikian persepsi media asing atas pemindahan penyelenggaraan kontes Miss World dari Sentul Bogor ke Bali.
Media asing meliput jumpa pers Hary Tanoesodibjo yang kecewa pada pemerintah yang mengambil keputusan mendadak memindahkan kontes yang sudah dipersiapkan tiga tahun itu ke Pulau Dewata.
Milyarder raja media yang membawa ajang Miss World ke Indonesia, mengecam pemerintah karena tunduk pada tekanan kelompok Muslim garis keras dengan memindahkan seluruh acara kontes kecantikan itu ke Bali. Demikian ditulis Deutsche Welle, media Jerman, pada halaman situsnya yang bertajuk Miss World dan Tekanan Kelompok Radikal.
Hary Tanoesoedibjo, bos kelompok media MNC, penyelenggara lokal acara kecantikan dunia itu, mengaku bahwa kini keseluruhan acara hanya akan diselenggarakan di pulau berpenduduk mayoritas Hindu itu, karena tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti perintah pihak berwenang.
Penyelenggara awalnya merencanakan hanya akan menggelar acara putaran awal di Bali dan untuk putaran berikutnya serta final akan diselenggarakan di ibukota Jakarta.
'MENODAI' CITRA INDONESIA
Tapi protes kelompok radikal Islam selama beberapa hari terakhir di negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar dunia itu, mendorong pihak berwenang untuk memerintahkan agar keseluruhan acara kontes kecantikan selama tiga pekan penuh itu hanya digelar di Bali.
Pemerintah mengumumkan keputusan itu pada 7 September silam – hanya satu hari sebelum kompetisi dimulai.
MNC pekan lalu mengklaim “tidak mungkin“ memindahkan seluruh kontes itu ke Bali dalam waktu yang terlalu mepet dan berusaha melobi pemerintah untuk mengubah keputusan.
Tapi Tanoesoedibjo hari Senin (16/9) mengatakan bahwa kini keputusan sudah final dan mereka akan mencari cara melakukannya – tapi ia menambahkan bahwa dirinya “kecewa” atas pemindahan tersebut yang dianggap akan menodai reputasi Indonesia.
”Ini akan menciptakan persepsi bahwa kita tidak cukup kuat dan bahwa sebuah keputusan bisa secara instan diubah hanya karena tekanan seperti ini,” kata mogul media, yang kekayaannya ditaksir mencapai 1,7 milyar dollar menurut majalah Forbes.