Mohon tunggu...
Matkodak
Matkodak Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Peminat masalah sosial politik, kesenian dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pembodohan Muslim di Laman arrahmah.com

14 Agustus 2014   00:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:37 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14079251641002156309

SITUS-situs Islam radikal tak henti melakukan pembodohan kepada pengikutnya dan pembacanya yang paham bahasa Indonesia. Mereka tak ragu memlintir informasi untuk kepentingan golongannya, untuk memaksakan penegakkan Syariah Islam, sesuai seleranya, dan mendirikan negara Islam sebagaimana yang mereka yakini.

Dalam laman arrahmah.com terbaru, misalnya, ditulis laporan bertajuk ISIS digarap, Syiah, Ahmadiyah, liberal dibiarkan. Laman ini mengutip keterangan Wakil Amir Majelis Mujahidin Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdurrahman yang “mengkritisi” sikap pemerintah yang sangat bersemangat membuat pernyataan sikap tentang ISIS, sementara membiarkan paham sesat yang lebih berbahaya dari itu.

“Pernyataan Kementrian Agama, MUI, Menkopolhukam terhadap deklarasi ISIS menjadi Khalifah yang baru berumur 1 bulan 13 hari, begitu bersemangat begitu meriah menghadapinya. Kita bertanya tentang Ahmadiyah, tentang Syiah dan ajaran-ajaran liberal yang lebih ganas dan jahat. Kenapa pemerintah tidak segera mengambil tindakan terhadap Syiah, Ahmadiyah dan liberal?” ujar Ustadz Abu Jibriel di hadapan para wartawan di Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (9/8).

Jelas itu argumen kacau. ISIS tak diragukan kebrutalannya, dan mengggunakan bendera Islam untuk meneror, mengusir warga muslim yang tidak tunduk, menolak kelompok yang berbeda memaksakan warga minoritas untuk masuk agama Islam, atau dihukum mati.

Sedangkan Islam Syiah dan Ahmadiyah tidak melakukan ancaman yang merusak NKRI. Perbandingannya seperti bumi dan langit. Pembodohan luar biasa.

Islam Syiah dan Ahmadiyah – yang keberadaannya terus diganggu oleh Islam aliran Timur Tengah di sini - sudah masuk ke Indonesia sebelum negara Indonesia berdiri. Dan selama ini tak ada riwayat melakukan makar, aksi anarkis, pengancaman, dan mengkafirkan kelompok lain, sehingga mengancam kerukunan beragama.

“Kenapa pemerintah tidak segera mengambil tindakan yang tegas melarang Syiah, mengharamkan Syiah di Indonesia,” tanya Abu Jibriel. “Padahal Majelis Mujahidin telah mengeluarkan fatwa pada sepuluh tahun lalu, yakni tahun 1994 yang menyebutkan bahwa Syiah bukan Islam, “ katanya.

Sungguh pertanyaan yang bodoh! Kenapa Syiah diharamkan? Republik Islam Iran punya puluhan juta warga Syiah, dan mereka baik-baik saja. Tidak mengancam tetangganya. Dan Syiah tidak punya riwayat terorisme di Indonesia. Mengapa diharamkan ? Memangnya Majelis Mujahidin siapa, kok, suka-suka mengharamkan Islam Syiah dan Ahmadiyah?

Pasal 29 UUD 1945 (1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Tak ada pelanggaran konstitusi kita atas eksistensi Syiah dan Ahmadiyah di sini dan tidak patut diharamkan dari keyakinan mereka di negeri yang menjunjung tinggi keberagaman dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

“Kenapa hal ini tidak diikuti oleh organisasi dan instansi lain umpamanya Majelis Ulama Indonesia dan Kementrian Agama, kenapa mereka diam saja?” tanya Ustadz Abu Jibriel, sewot. Lho, mengapa?

Abu Jibril adalah ayah dari Mohammad Jibril -- yang ditangkap Densus 88 karena kasus terorisme -- menyebut rekayasa semua ini adalah ulah Syiah internasional yang hendak menghancurkan kaum Muslimin. Dia menuding, mereka hendak mengalihkan perhatian bahwa ini adalah semata-mata ulah ISIS, “Padahal akarnya adalah Syiah,” tegasnya.

Abu Jibril adalah radilais militan yang menyimpan dendam kesumat kepada Islam yang tidak sesuai alam pikirannya - anti Syiah dan Ahmadiyah dan tak cocok hidup di Tanah Air Indonesia. Semoga dia bergabung dengan ISIS, berangkat ke Suriah, dan sampai akhir hayatnya hidup di sana dengan mereka. Tidak mengacau di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun