Mohon tunggu...
Matjhacoffee
Matjhacoffee Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

saya suka menulis berbagai hal yang penuh di otak saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Memilihnya

20 Agustus 2024   21:40 Diperbarui: 20 Agustus 2024   22:21 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku pernah berharap memiliki istana kecil di ujung bukit yang cantik. Elok dilihat dan nyaman ditinggali. Aku tak pernah terbayang bahagianya menjadi seorang putri di dalamnya. Memakai gaun putih yang menjuntai indah, bermahkota permata, dan segala hal yang bahagia. 

Hingga dia datang dengan menawarkan kuda, mengajakku berkelana mencari istana. Dia bilang, dia akan menjadi pangerannya. Aku tak mengenalnya sebelumnya namun mengapa dia meyakinkan sekali? Aku tidak pernah memimpikan dia, namun dia berjanji akan berperilaku baik sebagaimana semestinya. 

Lalu kita temukan istana itu dan kita rawat bersama. Tunggu, mengapa aku jadi menyebutnya 'kita'? Oh, itu karena setelah bersamanya tak ada lagi sendiri. Sekarang, kesendirianku aku bagi dua dan begitu pula rasa yang kita ciptakan bersama. 

Aku tidak pernah terbayang sebelumnya tentang istana tanpa pemimpinnya, namun dia tawarkan mimpi untuk menjadi tujuan bersama. Dia pandai mengarahkan kompas, pandai mengayunkan senjata, pula pandai menarik musuh dalam jebakan. Lalu, apa yang bisa membuatku menolaknya? 

Hingga sekarang aku akan tetap memilihnya dan menjadikannya pangeranku. Istana yang kuharapkan bukan lagi sekedar angan, karena bersamanya, kita buat tempat ini nyaman sampai tak ada lagi kita di dunia.  Dia yang memolesnya dengan sangat elok, dia juga yang mengatur tatanan setiap ruangnya tampak terstruktur, ornamennya indah membuat yang memandang memuji dengan bahagia. 

Dia bilang, dia memilihku atas ambisiku membangun istana yang indah. Karena, ia tak butuh dayang dayang untuk membantunya membangun istana, ia hanya butuh pendamping, ia hanya butuh senyuman untuknya ketika pulang. Dia ingin menjadikan esok hari sebagai bahan diskusi bersamaku dan menjadikan percayaku padanya terwujud sempurna serta mengubah impian menjadi masa depan. Langkahku kini masih beriringan dengannya, menatap istana yang kita bangun bersama dengan tawa bahagia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun