Pemerintah Brasil di bawah kepemimpinan Presiden baru, Jair Bolsonaro mengatakan akan menghapus referensi tentang LGBTQ, feminisme, serta seorang edukator marxis, Paulo Freire.
Selesai pelantikan pada Januari 2019 kemarin, Presiden dan mentri pendidikan merilis serangkaian pedoman baru untuk penerbitan buku pelajaran yang seharusnya tidak ada referensi untuk masalah-masalah seperti seksisme, dan kekerasan terhadap perempuan. Pada saat yang sama, kementerian juga membubarkan departemen keanekaragamannya.
Melalui Voice an America, salah satu tweet Bolsonaro mengungkapkan,"salah satu tujuan untuk membuat Brazil keluar dari ranking posisi terburuk pendidikan internasional adalah dengan memerangi 'Marxist rubbish' (Marxime) yang telah menyebar luas di institusi-institusi pendidikan".
Bolsonaro dan staff administrasinya mengumumkan keinginan untuk merevisi bahan-bahan ajar di sekolah, mengeliminasi rujukan ke feminisme, homoseksual, kekerasan terhadap perempuan, bahkan teologi liberal masyarakat Brazil, dan seorang edukator internasional yang terkenal, Paulo Freire.
Pedagogy of The Oppressed (terjm, Pendidikan Kaum Tertindas) adalah salah satu buku Paulo Freire yang sangat berbahaya di berbagai tempat di belahan dunia, dilarang di Amerika Latin, Apartheid Afrika selatan, Tucson dan Arizona. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Elliot Green, seorang profesor di London School of Economics, Pedagogy of The Oppressed merupakan buku ilmu pengetahuan sosial ketiga di dunia yang sering dirujuk. Pada tahun 2012, Kongres Brasil menomimasikan Paulo Freire sebagai 'patron dari pendidikan Brasil.'
Pedagogy of The Oppressed melakukan investigasi tentang bagaimana pendidikan membantu menundukkan mereka yang tertindas, contoh kelas pekerja dan orang-orang miskin. Diwaktu yang bersamaan pendidikan semacam ini memberi mereka alat untuk mengemudikan dunia (hegemoni penindasan). Di buku tersebut ia berpendapat bahawa, sudah cukup bagi para pelajar hanya untuk menjadi obyek pendidikan (pendidikan gaya bank) yang hanya dijejali dan menampung segala pengetahuan yang diberikan oleh pengajar.
Mereka harus menjadi agent (pendidikan gaya 'hadap masalah), yakni pengetahuan tentang bagaimana mereka menjalani hidup, dan ditempa oleh suatu konteks tertentu yang berubah-ubah. Dengan demikian pelajar tidak akan menjadi obyek pendidikan yang pasif, melainkan menjadi agen yang aktif. Antara pengajar dan yang diajar berdialektika, sama-sama belajar dalam memecahkan masalah tanpa anggapan pengajar lebih pandai dan memaksakan pengetahuannya pada yang diajar.
Buku ini membuat Paulo Freire dipenjara dan diasingkan dari kotanya pada tahun 1964-1988. Meskipun ia bukan seorang komunis, narasi subversifnya, anti visi kaum elit membuat ia dicap sebagai seorang marxis, yang mana kapitalisme menjadi sistem yang memberikan sumber opresi atau penindasan yang membuat dan melestarikan ketertarikan kaum miskin pada ekonomi. Ungkpanya, "bagi para penindas, apa yang bernilai adalah memiliki lebih banyak dan terus selalu lebih banyak. Bahkan dengan mengorbankan orang yang tertindas (miskin), karena ia kekurangan atau tidak memiliki apapun."
Bahkan setelah kematian pun, dia membawa dampak legalitas dari advokasi pendidikan yang melintas batas geografis untuk kepentingan perdamaian, dan kesetaraan bagi semua kelas sosial. Pedagogy of The Oppressed menjadi salah satu buku penting yang dipublikasikan secara menyebar luas pada abad 20. Para konservatisme mengatakan bahwa metode yang diusung oleh Freire mendorong pelajar untuk menentang nilai-nilai tradisional dari keluarga dan gereja Katolik yang mendominasi Brazil pada waktu itu.
Agenda pertama pemerintah adalah dengan mengubah peletakan fondasi pertama pendidikan Paulo Freire telah menyebar di sistem-sistem pendidikan. Seperti yang dilansir oleh tweet CS Monitor, "Presiden Jair Bolsonaro telah mengumumkan rencana untuk merevisi buku-buku pelajaran dan apa yang diajarkan oleh guru-guru untuk mempromosikan gerakan agenda anti-gerakan kiri. Bagai pemerintah hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menyingkirkan warisan pendidik sosialis, Paulo Freire."
Perubahan tidak mungkin terjadi secara langsung untuk para pelajar, tetapi ini akan segera terwujud. "Kami masih menunggu untuk melihat bagaimana dalam praktiknya semua ini akan berubah". Kata Nilton Brandao, pemimpin salah satu serikat guru terbesar di Brasil kepada PROIFES FEDERACO, "Saat ini, hal demikian memang tidak masuk akal." Ujarnya pada Associaton Press (AP)