Saya setuju dan menjalankan pendapat seorang guru Australia yang pernah saya dapat dari media sosial, di mana sang guru pernah berkata bahwa Kami lebih khawatir jika seorang murid tidak bisa mengantri daripada tidak bisa mengerjakan soal matematika.
Karena kita hanya perlu melatih anak intensif 3 bulan untuk menguasai soal matematika, dibanding membangun mendidik kebiasaan mengantri pada anak, yang setelah dikuasai harus teruuus dipertahankan seumur hidupnya untuk terus dilaksanakan.
Pelajaran di balik proses mengantri tersebut:
1. Jika sudah menguasai matematika, maka sampai kapan pun si anak tetap menghitung 2+3=5. Tidak lupa, paham bersesuaian dengan kehidupan sehari-hari. Tapi perilaku mengantri, setelah bisa dikuasai, namun godaan untuk melanggarnya sedemikan besar, untuk tidak dilakukan walau secara teoritis si anak sudah tahu bahwa harus mengantri.
2. Karena tentunya Semoga kita tidak hanya bisa melahirkan siswa2 yg cerdas secara intelektual saja ya bu. Tapi juga memiliki akhlak yang baik. Adab sebelum ilmu, itu yg utama, sedari kecil sudah menjunjung nilai-nilai moral yang tinggi, sehingga dewasa kelak. Jadi moral yang tinggi bukanlah hanya saat dewasa kelak, tapi sudah mulai diamalkan dan dipupuk sedari kecil.
3. Dengan mengantri, kita menghormati hak orang lain dan menghormati hak diri sendiri, saling menghormati hak.
4. Dengan mengantri, terbangun budaya malu menyerobot hak orang lain.
5. Dengan mengantri, terbangun daya analisis untuk dapat mengantisipasi untuk datang lebih awal jika ingin mendapatkan antrian awal
6.Dengan mengantri, anak belajar bersabar
7. Dengan mengantri, orang paham dan menghormati untuk tidak menyelak antrian.
8. Dengan mengantri orang dapat kreatif untuk mengisi waktu dengan hal yang positif, selama menunggu antrian.