Thailand untuk menjalankan program Asistensi Mengajar Internasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Sastra bekerjasama dengan AECI, kami diajak oleh para dosen dan guru-guru Eakkapap termasuk Baboh (Kyai Eakkapap) dan beberapa anggota keluarganya untuk makan di Restoran Seafood Terapung di pinggir sungai aliran laut.
Setelah membantu para dosen dalam acara Workshop Pelukisan Topeng Malangan di Eakkapap Sasanaawich Islamic School pada tanggal 29 Juli 2022, yang mana merupakan hari ketiga berada di Krabi,Sore itu kami berangkat menggunakan Van atau yang biasa orang Indonesia sebut dengan Elf dari Eakkapap School menuju Restoran Seafood Terapung. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 15 menit. Jalan yang dilalui untuk sampai ke restorannya sedikit berliku-liku karena restorannya berada di pinggir sungai. Sesampainya disana cuaca sedang mendung, dan sungai terlihat abu namun pemandangan perahu di pinggiran memberikan kesan ketenangan ketika melihatnya. Meskipun ini restoran seafood, namun tidak tercium bau amis yang terlalu menyengat ketika memasuki tempatnya, justru aroma harum masakan yang sudah diolah dengan bumbu-bumbu khas Thailand.
Menu-menu langsung dihidangkan ke meja oleh pelayan, tak lupa nasi dan minuman khas Thailand, yaitu air putih ditambah es batu. Beberapa lauk yang dihidangkan di antaranya ada kepiting, udang, cumi hitam, ikan, telur, Tom Yum dan di akhir ada menu tambahan special yaitu dancing udang atau udang kecil hidup yang masih melompat-lompat disiram dengan semacam kuah rujak namun dengan cita rasa Thailand yang khas, pedas, asam, dan segar, lalu menu andalannya adalah Oyster yang memiliki harga yang sangat tinggi. Namun kali ini kami bertiga, yaitu Fathimah Muthmainnah (S1 Pendidikan Bahasa Arab 2020), Luthfi Farihatun Nisa' (S1 Pendidikan Bahasa Arab 2019), dan Moh Faisol Fahmi (S1 Pendidikan Seni Rupa 2019) dapat kesempatan mencobanya dengan gratis karena semua dibayarkan oleh Baboh.
Oyester ini merupakan kerang termahal yang dijual di restoran-restoran pada umumnya. Pada restoran yang kami tempati saat itu, Oyster disantap mentah dengan tambahan perasan lemon, irisan bawang putih, dan bumbu coklat yang rasanya agak mirip dengan rujak versi pekat dan sedap. Tekstur dari Oyster sendiri sangat kenyal dan yang mengejutkan adalah tidak terasa amis sama sekali. Mungkin ini karena bumbu Thailand yang sangat kuat.Â
Di akhir setelah kenyang, Buya Amran selaku Hubungan Internasional AECI menawarkan kami Coca Cola yang pastinya dibarengi dengan es batu yang memenuhi gelas. Setelah kenyang kami pun berfoto-foto sejenak dan hujan pun mulai turun. Waktu yang tepat untuk pulang setelah kenyang ditemani dengan syahdunya rintik hujan membasahi kaca mobil sambal mendengarkan lagu sepanjang jalan hingga sampai di Eakkapap School kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H