Santri Eakkapap Sasanawich Islamic School atau biasa kita sebut dengan pesantren, mayoritas belum menguasai Bahasa selain Bahasa Thai dengan baik, terlebih lancar. Provinsi Krabi memang termasuk wilayah Thailand Selatan, akan tetapi Krabi bukanlah tempatnya masyarakat yang bisa berbahasa Melayu. Wilayah yang bisa berbahasa Melayu adalah Songkhla, Pattani, dan Yalla.Â
Terdapat 2 santri yang menguasai Bahasa Inggris dengan sangat lancar, yaitu Tan (santriwati Mattayom 3/ SMP kelas 3) dan Kas (santri Mattayom 1/ SMP kelas 1), adapula yang menguasai Bahasa Melayu, yaitu Ridwan (santri Mattayom 5/ SMA kelas 2), sehingga sedikit lebih mudah untuk kami ajak komunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.
Kendala terbesar selama Asistensi Mengajar Internasional di Thailand pada tanggal 28 Juli sampai 27 Agustus 2022 bersama 18 mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang ketika mengajar Bahasa asing di Thailand adalah perbedaan gaya pengucapan Bahasa dan perbedaan susunan kalimat.Â
Jika dalam Bahasa Thailand untuk berbicara membutuhkan usaha lebih untuk mengucapkan nada/ intonasi yang sesuai dengan makna kata yang diinginkan, sedangkan Bahasa Inggris, Indonesia, dan Arab tidak membutuhkan intonasi. Sebagai contoh, kata "Kao" dalam Bahasa Thailand memiliki beberapa arti, yaitu: Putih, Sembilan, dan Nasi.Â
Apabila kita salah panjang dan naik turun intonasinya, maka akan berbeda arti. Sedangkan jika dalam Bahasa Inggris, Indonesia, dan Arab tidak memerlukan usaha yang sebesar itu untuk mengucapkan suatu kata dalam Bahasa tersebut.
Kebiasaan pronounce lidah yang berbeda antar Bahasa Thai dengan Bahasa Inggris, Indonesia, dan Arab, membuat mereka sedikit kesulitan dalam mengucapkan beberapa huruf.Â
Sebagai contoh dalam Bahasa Thai tidak terbiasa mengucapkan huruf "S" di akhir kata, sehingga mereka biasa mengucapkannya dengan mengganti menjadi huruf "T" contoh, salah satu santri Bernama " Kas", akan tetapi dipanggil teman-temannya dengan "Kat". Adapun huruf "L" di akhir kata, mereka tidak terbiasa mengucapkannya, sehingga biasa mereka ganti dengan huruf "N" contoh, salah satu partner asistensi mengajar Internasional saya selama di Thailand Bernama Faisol, akan tetapi para murid dan guru di Eakkapap biasa menyebutnya dengan "Faison".
Kami akhirnya menggunakan metode mengajar dengan mencontohkan, lalu diikuti dan diulang oleh santri, sehingga dengan car aini santri terbiasa untuk mendengarkan bagaimana cara yang benar dalam pengucapannya dengan gaya native speaker dan juga ketika diulang-ulang akan membuat santri lebih hafal dan lancar, juga langsung kami koreksi apabila ada salah.Â
Kami mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (Fathimah Muthmainnah, Moh. Faisol Fahmi, dan Luthfi Farihatun Nisa') menerapkan metode pembelajaran yang sudah kami pelajari di kampus, sebagai bakti kami kepada sesame manusia, demi menyongsong salah satu point SDGs, yaitu Quality Education, dimana setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas secara global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H