Berdasarkan pada fenomena-fenomena di atas, dan berkaitan dengan peringatan Hari Orang Muda Sedunia 24 November 2024 ini maka dapat dikatakan kaum muda kita mengalami kesulitan untuk mendapat panutan yang ideal. Padahal, Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan menghadapi Bonus Demografi yang ditandai dengan penduduk usia produktif lebih banyak dari penduduk tidak produktif. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, bonus demografi hanya akan dialami satu kali oleh suatu bangsa. Indonesia diproyeksikan mengalami puncaknya di tahun 2030, dengan jumlah penduduk usia kerja mencapai 201 juta orang atau setara 68,1 persen dari jumlah total penduduk. Berkaitan dengan Bonus Demografi, wacana dan gagasan Generasi Emas 2045 dicetuskan guna mempersiapkan generasi muda Indonesia menuju  bangsa yang berdaulat, adil dan Makmur. Penyusunan visi ini melibatkan semua pemangku kebijakan; pendidikan tinggi; generasi muda; serta lembaga profesi.
Panutan  kepemimpinan nasional menjadi sangat relevan setelah Pemilu dan kini jelang Pilkada yang diselenggarakan 27 November 2024. Menurut data dari CSIS pada Pemilu 2024, ada perubahan demografi dengan membesarnya jumlah pemilih muda (generasi z dan milenial). Sehingga peta politik ke depan akan selaras dengan tipikal pemilih muda yang dinamis, adaptif dan responsif.  Untuk itu pemilih muda sangat perlu menentukan sikap dan pilihannya dalam Pilkada mendatang, jangan golput. Karena suara orang muda akan menentukan arah kebijakan pemerintah yang lebih baik, berkeadilan dan mempersatukan bukan memecah-belah. Terkait dengan tingginya penggunaan media sosial maka materi-materi yang ditayangkan akan juga memengaruhi preferensi politik pemilih. Media mainstream sangat perlu menyeimbangi postingan-postingan di media sosial. Pemberitaan di media massa ini seharusnya lebih dapat menjadi acuan karena memiliki landasan etika jurnalistik. Di lain pihak, kaum muda harus selektif dalam mengonsumsi informasi di media sosial sebagai sarana menelusuri rekam jejak pasangan calon agar dapat memilih dengan tepat berdasarkan hati nurani dan nalar, bukan karena berbagai iming-iming, imajinasi atau dukungan dari tokoh-tokoh tertentu. Kita harus menghargai dan mendukung siapapun yang terpilih, karenanya jangan salah pilih. (Mathilda AMW Birowo)
Â
Bahan Referensi:
1. Mathilda AMW Birowo & Tim Dosen UMN (2024), Komunikasi Interpersonal, Penamuda Media
2. DeVito, Â Joseph A. (2022) The Interpersonal Communication. 16thEdition. United States of America: Pearson Education, Inc.
3. Wood, Julia T. (2013) Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian. Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika.
4. West, Richard dan Lynn H. Turner. (2006) Understanding Interpersonal Communication: Making Choices in Changing Times. UK: Thomson Learning, Inc.
5. Baron, R.A., & Byrne, D., (2004) Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh, Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
6. Samovar, L.A., Porter, R.E., McDaniel, E.R., & Roy, C.S. (2013). Communication Between Cultures. 8th Edition. International Edition. Wadsworth: Cengage Learning.