Mempertanggungjawabkan akan iman secara rasional dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu secara teologis dan secara filosofis.
Dari sudut pandang teologis, iman dimaknai sebagai dasar untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan sumber iman itu sendiri. Yaitu wahyu dari agama yang bersangkutan. Setiap agama mempunyai wahyunya sendiri dan berbeda antara agama yang satu dengan yang lain. Maka dari itu, sudut pandang teologisnya setiap agama tentu tidak sama dan mempunyai kekhasannya sendiri.
Secara filosofis, iman dimaknai dan direspons secara berbeda dengan konsep teologis. Rasionalitas akan iman secara menonjol ditekankan dalam pemaknaan secara filosofis. Sehingga kepercayaan akan segala sesuatu yang dimengerti sebagai wahyu dalam pandangan teologis harus masuk akal jika dilihat dari filsafat Ketuhanan. Filsafat Ketuhanan tidak mendasari pada ajaran atau wahyu agama-agama yang bersangkutan, tetapi mengkritisi apa sebelumnya telah diterima sebagai kebenaran. Jika kita bertolak sampai pada postmodernisme, justru klaim kebenaran yang mutlak tidak kita temukan.
Pertanggungjawaban rasional
Pertanyaan tentang keberadaan Tuhan harus dijawab secara rasional, dengan demikian maka iman dapat dipertanggungjawabkan.
 Mengupayakan "pembuktian" akan eksistensi Tuhan dapat dibagi menjadi dua cara: Arti lebih lunak dan arti lebih keras. Arti lebih lunak maksudnya adalah bahwa percaya kepada Tuhan sangat masuk akal karena banyak hal berkaitan dengan alam luar maupun di dalam batin yang hanya mampu dimengerti dengan lebih mudah dengan menerima bahwa Tuhan itu ada. Arti lebih keras maksudnya bahwa banyak hal atau kenyataan yang tidak dapat dimengerti jikalau keberadaan Tuhan tidak diakui.Â
Maka, mempertanggungjawabkan iman secara rasional berarti adanya pertimbangan yang masuk akal dan mampu menjawab pertanyaan kritis mendalam terhadap dimensi iman manusia.  Melihat akan eksistensi Tuhan adalah suatu hal yang masuk akal berarti membawa kita untuk tidak mudah percaya ataupun bertakhayul. Tetapi hidup  dalam keadaan yang normal dan tidak melakukan segala sesuatu yang aneh apalagi cenderung bergeser dari norma dan nilai moral masyarakat. Orang beriman yang rasional dan mempunyai akal sehat akan mempertanggungjawabkan imannya. Inilah hal yang dimaksudkan dalam Filsafat Ketuhanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H