Karakter seseorang dapat dilihat dan dinilai dari cara bagaimana seseorang tersebut berpikir dan berperilaku. Dan itu semua menjadi ciri khas masing-masing individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.Â
Seorang manusia dapat dinilai sebagai pribadi yang berkarakter baik apabila pribadi tersebut dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang diperbuatnya. Setiap dari kita juga dapat memahami istilah "karakter" dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki setiap individu sejak lahir. Dari sudut pandang ini, istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian. Maka, seseorang yang berkarakter baik berarti memiliki kepribadian baik.
Demi membentuk karakter yang baik dan sesuai dengan falsafah dan cita-cita kemerdekaan Indonesia, melalui amanah yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, negara bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi penerus bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Dan maka dari itu, pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional dan bagian esensial dalam proses pendidikan formal.Â
Pendidikan karakter merupakan salah satu gerakan bersama dan secara sengaja diciptakan untuk melahirkan sebuah ekosistem pendidikan yang ramah secara moral. Pendidikan karakter bukan sebatas sebuah kegiatan dan progam pendidikan yang memiliki tujuan utamanya adalah pertumbuhan individu sebagai pribadi yang bermoral yang dewasa dan bertanggung jawab, melainkan juga sebuah usaha membangun lingkungan dan ekosistem pendidikan yang mampu mengembangkan kultur sekolah sebagai komunitas moral di mana semangat individu sebagai pembelajar bertumbuh.Â
Dan pengembangan kultur sekolah sebagai salah satu locus educational penting bagi pengembangan pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh. Di sini, Doni Koesoema yakin bahwa kultur sekolah menjadi kunci utama dari pendidikan karakter yang diselenggarakan sekolah.Pria yang pernah menjalani pendidikan menengah di SMA Seminari Santo Vincentius a Paulo, Garum, Blitar, Jawa Timur ini menyusun buku ini dengan sasaran utama yakni para pemangku kepentingan pendidikan, seperti guru, kepala sekolah, orang tua, masyarakat, dan para pengambil kebijakan pendidikan di tingkat daerah maupun tingkat pusat dalam rangka merealisasikan Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah. Fokus utama buku ini yakni bagaimana eksplorasi konsep dan praksis tentang pendidikan karakter berbasis kultur sekolah dalam rangka menumbuhkan ekosistem moral pendidikan.
Buku ini saya pandang dapat memperluas pembahasan tentang pendidikan karakter berbasis sekolah. Di mana ketika pemerintah hanya mengatakan pendidikan karakter berbasis kultur sekolah dipraktikan dan diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakulikuler, seperti Palang Merah Remaja, Pramuka, Karawitan, Tari, dan sebagainya; buku ini mampu secara langsung menganilisis dan mengembangkan budaya moral di lingkungan pendidikan.Â
Buku ini mampu menyatakan bahwa pendidikan karakter berbasis kultur sekolah adalah bagian integral dari keseluruhan dinamikan praksis dan interaksi antarindividu dalam sebuah lembaga pendidikan yang membentuk sebuah kultur moral di lingkungan pendidikan. Dan saya sangat jelas melihat bahwa di sini budaya itu adalah sesuatu yang diciptakan, bukan sekadar diwariskan secara otomatis turun temurun.
Judul Buku    : Pendidikan Karakter Berbasis Kultur Sekolah
Penulis       : Doni Koesoema
Penerbit      : Kanisius, 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H