[caption id="attachment_298890" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
"Untuk mendapatkan cinta seorang wanita, dua pria harus memecahkan teka-teki yang diberikan oleh sang wanita yang membawa mereka kepada perjalanan sejarah (singkat) tentang bangsa ini."
Kira-kira, begitulah premis film "Adriana" yang dibintangi oleh Adipati Dolken, Eva Celia dan Kevin Julio yang rencananya akan tayang serentak di jaringan-jaringan bioskop Indonesia mulai 7 November 2013. Secara ide besar, saya terbayang kalau film ini akan menjadi sebuah film Indonesia yang menarik. Bayangkan, kisah cinta remaja yang dibalut dengan sejarah bangsa ini.
Film dibuka dengan adegan Mamen (Adipati Dolken) dan Sobar (Kevin Julio) dikejar oleh tiga orang preman. Sebabnya adalah, Mamen, seorang playboy handal menyakiti hati anak perempuan seorang preman. Mamen percaya, mengejar seorang wanita, artinya ada petualangan baru disana. Sementara Sobar berpikiran lain, perasaan itu tidak bisa dipermainkan begitu saja. Apalagi perasaan seorang wanita.
Hubungan karakter antara Mamen dan Sobar ini selintas seperti pasangan Sherlock Holmes  dan Watson. Tapi Fajar Nugros mengangkat hubungan karakter antara Mamen dan Sobar ini lebih mendekati Soekarno dan Hatta. Hal tersebut digambarkan dari sifat Mamen yang flamboyan dan berapi-api, sementara Sobar yang sabar. Ditambah dengan penampilan Sobar yang berkacamata ala wakil presiden RI pertama semakin menegaskan hal itu. Jenius.
Cerita lalu berkembang ketika Mamen bertemu dengan seorang wanita yang kemudian dikenal dengan nama Adriana (Eva Celia) di perpustakaan. Melihat Adriana, Mamen melihat petualangan baru. Mamen mulai berusaha untuk kenalan dengan Adriana. Masalahnya tidak semudah itu. Adriana adalah gadis berkelas. Untuk berkenalan dengannya, Mamen harus memecahkan teka-teki yang diberikan oleh Adriana. Dengan bantuan Sobar sahabatnya, Mamen berusaha memecahkan teka-teki itu untuk mendapatkan hati Adriana.
Sayangnya di tengah film, struktur ceritanya kedodoran. Film jadi terasa bertele-tele tanpa adanya kejutan-kejutan baru yang membuat penonton penasaran untuk mengikuti cerita dari film tersebut. Dan banyaknya flashback dalam film ini cukup mengganggu. Mungkin flashback-flashback itu diperlukan untuk memperkuat alasan-alasan yang terjadi di current time film tersebut. Tapi efeknya malah membuat cerita menjadi kesana-kemari dan masing-masing plot berjalan sendiri. Ditambah dengan adanya beberapa plot hole dalam film tersebut, membuat beberapa sebab-akibat menjadi kurang jelas.
Pujian harus diberikan kepada Kevin Julio. Kualitas aktingnya di film ini jauh lebih baik dari karakter-karakter yang pernah ia mainkan di layar televisi dan film-film sebelumnya. Peran Indra Lesmana dalam film ini pun juga sangat berpengaruh. Musik-musik yang disumbangkan ke dalam film ini membuat visual yang ditampilkan oleh pak Yadi Sugandi sebagai penata kamera menjadi lebih kuat dan film menjadi terasa lebih kekinian.
Secara keseluruhan, film "Adriana" ini cukup menghibur di 30 menit awal. Setelahnya, struktur ceritanya jadi kemana-mana. Tapi apresiasi harus tetap diberikan karena keberanian para pembuat filmnya untuk mengangkat sebuah ide cerita yang menarik ini ke layar film Indonesia. Salut!
RATING:
7/10