Mohon tunggu...
Matawam
Matawam Mohon Tunggu... Seniman - Medioker Profesional

Penikmat musik, pecinta film, penggemar seni, penggila sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review: The (Really) Amazing Spider-man 2

5 Mei 2014   16:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:51 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setelah film pertamanya diragukan karena jarak waktu yang berdekatan dengan seri terakhir film sebelumnya, tetapi para kritikus berpendapat lain. Mereka ternyata memberikan apresiasi kepada film superhero pertama arahan sutradara Marc Webb yang sebelumnya angkat nama di film drama komedi indie berjudul "500 Days Of Summer".

Dua tahun setelah film pertamanya, "The Amazing Spider-man 2" kini mulai tayang di bioskop-bioskop seluruh dunia. Film keduanya ini muncul dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi lagi dari film-film seri Spider-man sebelumnya.

Cara bertutur dari "The Amazing Spider-man 2" ini akan sedikit mengingatkan kita pada "Spider-man 3" yang disutradarai oleh Sam Raimi. Dimana konflik yang ditampilkan banyak. Mulai dari konflik dari diri si Peter Parker itu sendiri, sampai dengan konflik-konfliknya dengan Sand Man sampai Venom (yang sangat disayangkan kalah dengan begitu mudah).

Seperti tidak ingin mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh Sam Raimi di seri penutup film Spider-man, Marc Webb menggandeng 4 orang screen story dan 3 orang penulis skenario untuk menulis film kedua dari Spider-man miliknya.

Cerita "The Amazing Spider-man 2" ini tentang Peter Parker yang melanjutkan hidupnya setelah lulus kuliah. Petuah ayah Gwen Stacy untuk menjauhi putrinya masih terus membayanginya. Musuh-musuh yang sakit hati karena sikap yang Spider-man yang terlalu friendly pun mulai bermunculan, termasuk Harry Osborn. Kalau itu belum cukup, masalah orang tua Peter yang masih misteri baginya pun juga akan diungkap disini. Perlahan, kehidupan Peter Parker mulai terpecah. Ia harus segera menentukan pilihan hidupnya.

Dari sinopsis diatas, saya yakin sudah sangat terbayang akan sebanyak apa konflik yang dimunculkan di film "The Amazing Spider-man 2" ini. Tapi dengan tim penulis yang sekian banyak, sangat membantu alur cerita di film ini. Konflik-konflik itu tidak saling tumpang tindih. Porsi dan penempatannnya pun pas. Hal ini membuat penonton jadi tidak jenuh. Porsi aksi Spider-man pun juga pas. Ini tentunya akan menyenangkan anak-anak anda.

Tapi dengan banyaknya konflik ini tentu ada hal-hal yang harus dihilangkan. Yang paling terasa adalah latar belakang karakter. Meskipun semua itu disampaikan melalui dialog tapi tentu saja terasa kurang kuat karena film adalah medium visual. Bukan audio. Mungkin ini minor, karena kalau latar belakang masing-masing karakter diceritakan, durasi film akan bertambah panjang.

Belum lagi plot cerita yang sebelumnya ada tokoh Mary Jane (yang tadinya diperankan oleh Shailene Woodley) juga harus dipotong karena alasan yang sama.

Kredit juga harus diberikan oleh pemusik di film ini. Johny Marr (mantan gitaris band The Smiths), Pharell Williams dan Hans Zimmermembuat film ini menjadi lebih epic.

Dan menurut saya, dengan skala besarnya film ini, membuat saya perlahan mulai melupakan 3 seri Spider-man milik Sam Raimi sebelumnya. Belum lagi dengan akting "nyeleneh" Andrew Garfield sebagai Spider-man yang kurang lebih sama dengan versi komiknya semakin membuat saya lupa akan Spider-man-nya Raimi.

Secara keseluruhan, film ini menghapus dahaga kekanak-kanakan di dalam diri saya. Saya seperti nostalgia lagi ke masa kecil dimana saya selalu bermimpi untuk menjadi tokoh superhero favorit saya, spiderman.

RATING: 8.5/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun