Mohon tunggu...
Gilang Mahadika
Gilang Mahadika Mohon Tunggu... Penulis - Social researcher

Graduate Fellow ARI-NUS (Asia Research Institute, National University of Singapore), AGSF (Asian Graduate Students Forum) 2021| Anthropology | Interested in Southeast Asian Studies

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kita yang Menciptakan Wabah", Bangkitnya Antroposen dan Politik Pandemi bersama Bruno Latour

29 April 2020   19:57 Diperbarui: 4 Juli 2021   17:10 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Bruno Latour (https://www.nytimes.com/)

Tak asing lagi apabila mahasiswa antropologi membaca buku Henrietta L. Moore (2014) mengenai beragam isu epistemologi dalam antropologi. Salah satu tokoh termashyur antropolog, sosiolog, sekaligus filsuf, Bruno Latour sempat menjadi pembahasan panjang dan krusial untuk memahami isu klasik hingga mutakhir saat ini, seperti halnya pandemi korona. 

Seolah Latour berusaha memahami persoalan modern saat ini adalah persoalan yang serupa dengan persoalan lama (kuno), dan hanya zaman yang membedakan waktu dan tempatnya.

Memahami pandemi korona tidak melulu dianggap sebagai sebuah fenomena yang terlepas dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan atau aktivitas manusia yang menciptakan pola kebiasaan dan kebudayaan. Pandemi korona perlu diletakkan sebagai akibat atau konsekuensi yang terjadi karena aktivitas manusia sendiri (Carrington, 2020). 

Dari sini apa yang melandasi gagasan latour mengenai hibriditas kebudayaan, bahwa kebudayaan terbentuk karena campuran antara aktivitas manusia dengan sesuatu yang bukan manusia (dapat berarti alam, penyakit, non-human things, dan/atau manusia yang dianggap layaknya barang  (jasad), dan lain sebagainya), dan kemudian menghasilkan sesuatu yang hybrid (Latour, 1993), seperti dapat diasumsikan penyakit korona (COVID-19), yang membangkitkan kritik biopolitik pemerintah dan wacana korona sebagai pengontrol populasi masyarakat global saat ini (Chandler, 2020). 

Namun, kenyataannya adalah kita (manusia) dalam taraf global justru yang menjadi ancaman dikarenakan pandemi korona, sehingga wacana biopolitik perlu diselidiki lebih jauh.

Marilyn Strathern dapat dianggap sebagai tokoh yang menerapkan gagasan Latour dan sungguh praktis dalam menerjemahkan gagasanya dengan memberikan contoh bahwa kebudayaan terbentuk karena sifat campuran yang terjadi antara manusia dengan keadaan alam yang sedang bergejolak. 

Ia memberikan contoh kemunculan penyakit anthrax dan bagaimana jaringan para aktor di dalamnya mengitari penyakit anthrax ini, seperti mikroba, bakteri, uji laboratorium, dan experimen lapangan yang dilakukan oleh manusia menghasilkan sesuatu yang hybrid (campuran), yaitu pada akhirnya ditemukannya vaksin (Strathern dalam Moore, 2014: 404). 

Penemuan vaksin ini menjadi contoh hibriditas kebudayaan yang secara tidak langsung akan membentuk pola kehidupan sehari-hari (kebudayaan) manusia. Oleh karena itu, dari sini kebudayaan tidak dianggap sesuatu yang murni atau berdiri dengan sendirinya, melainkan ada sebuah proses panjang melalui jaringan para aktor di dalamnya, hingga menghasilkan sifat campuran (hybrid) yang nantinya menjadi pedoman manusia dalam menjalani kehidupan (kebudayaan).

Pandemi korona dalam kacamata Latour diangap sebagai suatu fenomena yang tidak berdiri sendiri, melainkan sebuah konsekuensi yang dilakukan oleh manusia hingga memunculkan sebuah penyakit korona ini. 

Hal ini dapat disebabkan oleh beragam faktor, seperti aktivitas manusia dalam menjalani pasar (permintaan dan penawaran) tanpa memandang faktor lingkungan, mungkin juga karena populasi yang berlebihan, atau kesadaran akan kesehatan dan higinitas yang masih kurang, atau adanya kondisi politik yang bergejolak, dan masih banyak lagi faktor yang lain. 

Namun, terlepas dari mencari penyebab kemunculan penyakit ini. Satu hal yang dapat diambil dalam pandangan ini adalah kebudayaan akan terus berkembang dan berproses, dan tidak dapat berdiri sendiri atau murni terbentuk dengan sendirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun